Suara.com - Flu musiman biasanya akan mulai terjadi pada akhir tahun, ditambah dengan virus Corona (Covid-19) yang akan membuat keadaan semakin buruk. CEO NHS Sir Simon Stevens memperingatkan bahwa seseorang dua kali lebih mungkin meninggal dunia, jika terkena flu dan Covid-19 pada saat bersamaan.
Flu musiman beradaptasi menjadi jenis baru setiap tahun. Dengan kata lain, orang-orang yang berisiko harus mendapatkan suntikan vaksin flu setiap tahun untuk menangkal flu musiman baru tersebut.
Ada beberapa kesamaan antara Covid-19 dan flu. Keduanya dapat membunuh dan diperparah pada kondisi pasien lansia dan orang yang memiliki riwayat medis sebelumnya. Keduanya juga menyebar melalui tetesan dari mulut atau hidung dan karena itulah, orang-orang harus menggunakan masker penutup wajah untuk mengurangi penyebaran.
Namun, dari tingkat penularan berbeda. Covid-19 jauh lebih menular daripada flu dan meskipun Covid-19 masih dipelajari para ahli, beberapa ilmuwan telah mengidentifikasi beberapa perbedaan utama dalam gejala, penularan, dan perilaku Covid-19, dibandingkan dengan flu musiman.
Baca Juga: Belanda dan Jerman Berjuang Basmi Wabah Flu Burung, Perlukah Kita Khawatir?
Dilansir dari Mirror, Selasa (10/11/2020), berikut empat perbedaan Covid-19 dengan flu musiman:
1. Belum ditemukannya kekebalan manusia terhadap Covid-19
Para ahli belum memiliki vaksin Covid-19, sementara setiap tahun rumah sakit pasti menawarkan suntikan vaksin flu baru yang dapat melawan strain musiman terbaru.
Para ilmuwan mengatakan, Covid-19 menyebar lebih dari sekadar flu musiman dan kurangnya kekebalan pada tubuh manusia adalah faktor utama.
Pakar virus udara Profesor Linsey Marr dari US university Virginia Tech memperingatkan, kurangnya kekebalan Covid-19 dalam populasi dapat menyebabkan peristiwa yang disebut "penyebar super".
Baca Juga: Hadapi Flu Burung, Pemerintah Belanda Musnahkan 215.000 Ekor Ayam
Profesor Marr menjelaskan bagaimana lebih banyak orang di ruangan tertentu lebih mungkin tertular Covid-19, daripada flu dan ini bukan karena sifat dari virus itu sendiri, melainkan karena kurangnya kekebalan tubuh pada populasi.
Oleh karena itu, sangat penting untuk menemukan vaksin Covid-19 yang tepat untuk membentuk kekebalan tubuh manusia dan di masa depan, Covid-19 mungkin bisa diperlakukan seperti flu musiman.
2. Beberapa orang membawa Covid-19 asimtomatik dan tidak menunjukkan gejala apa pun
Covid-19 dan flu memiliki beberapa gejala, seperti badan dengan suhu tinggi dan batuk. Flu umumnya mengeluarkan batuk kering, sementara penderita Covid-19 akan batuk terus berlanjut.
Penderita flu juga seringkali mengalami sakit kepala dan kehilangan nafsu makan. Tanda-tanda untuk flu musiman bisa dideteksi, tapi para ilmuwan menemukan sejak awal pandemi ada beberapa orang yang dapat tertular Covid-19 dan membawa virus itu tanpa menunjukkan gejala apa pun.
Ini adalah alasan lain mengapa virus Corona menyebar lebih luas dan lebih cepat daripada flu musiman.
Jika seseorang tidak tahu bahwa mereka tertular Covid-19 karena tidak ada gejala apa pun, maka mereka tidak akan mengisolasi diri atau menghindari orang lain dan tanpa sadar dapat menyebarkan virus.
Para ahli mengatakan, sekitar 40 hingga 50 persen orang yang tertular Covid-19 tidak menunjukkan gejala. Meskipun ada beberapa kasus flu di mana orang tidak menunjukkan gejala, tetapi perbedaan utamanya terletak pada masa inkubasi Covid-19 lebih lama.
Profesor Marr menjelaskan, bagaimana masa inkubasi (waktu antara terpapar virus dan menunjukkan gejala atau tidak) hingga 14 hari untuk Covid-19, sedangkan penderita flu cenderung menunjukkan gejala dalam tiga hari.
3. Penyebaran virus lebih tinggi
Profesor Marr menguraikan bagaimana seseorang yang terjangkit flu musiman, rata-rata akan menularkan ke 1,3 orang lainnya. Tetapi orang yang terinfeksi Covid-19, penyebaran virus ini hampir dua kali lipat menjadi 2,5 orang.
Untuk mencegahnya, Profesor Marr menyoroti penggunaan masker penutup wajah dan jarak sosial yang tepat untuk membuat Covid-19 lebih sulit menyebar pada tingkat 2,5 orang.
4. Penularan Covid-19 berbeda pada anak-anak dibandingkan orang dewasa
Petinggi di King's College London, Inggris, menemukan bahwa anak-anak menunjukkan gejala Covid-19 yang berbeda dibandingkan dengan orang dewasa.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya juga mengatakan bahwa anak-anak adalah pendorong penting penularan virus influenza di masyarakat.
"Untuk virus Covid-19, data awal menunjukkan bahwa anak-anak kurang terpengaruh daripada orang dewasa dan tingkat serangan klinis pada kelompok usia 0-19 tahun rendah. Data awal lebih lanjut dari studi, penularan rumah tangga di China menunjukkan bahwa anak-anak terinfeksi dari orang dewasa, bukan sebaliknya," tulis WHO.
Namun WHO juga memperingatkan, jika menyangkut flu musiman, maka anak-anak diketahui lebih berisiko terkena infeksi parah.
Anak-anak di bawah usia 6 bulan berada pada risiko tertinggi komplikasi parah dari flu karena sistem kekebalan yang masih kurang berkembang dan lebih rapuh. Di sisi lain, mereka masih terlalu muda untuk diberikan suntikan vaksin flu.
Perempuan hamil, orang tua, dan orang yang memiliki kondisi kesehatan sebelumnya juga lebih berisiko terkena flu, sama seperti halnya dengan Covid-19.
Tetapi setidaknya untuk anak-anak, Covid-19 tampaknya tidak terlalu mempengaruhi karena risiko utama terlihat pada orang tua dan orang dengan kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya.