Suara.com - Studi terbaru oleh Institut Kedokteran Molekuler (Institute of Molecular Medicine/IMM) Joao Lobo Antunes di Lisbon, Portugal, membuktikan bahwa antibodi terhadap SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, terdeteksi hingga tujuh bulan usai infeksi pada 90 persen pasien.
Hasil studi yang kini dipublikasikan di European Journal of Immunology tersebut, juga menunjukkan bahwa produksi tingkat antibodi itu ditentukan oleh tingkat keparahan penyakit, dan bukan berdasarkan usia orang yang terinfeksi.
Sebagaimana melansir laman Xinhua, Jumat (6/11/2020), studi tersebut dimulai sejak awal pandemi merebak di Portugal pada Maret 2020, saat tim peneliti menyiapkan uji serologi Covid-19 yang sensitif, spesifik, dan serbaguna.
Bekerja sama dengan para dokter di Rumah Sakit Pusat Lisboa Norte, tim tersebut mulai memantau tingkat antibodi milik 300 pasien dan profesional kesehatan, serta lebih dari 200 sukarelawan yang dilibatkan usai terinfeksi Covid-19.
Baca Juga: Studi Inggris: Pasien Covid-19 Asimptomatik Lebih Cepat Kehilangan Antibodi
"Hasil studi tersebut, selama enam bulan menunjukkan sebuah pola klasik respons imun hingga bulan ketujuh setelah penularan, dengan kadar antibodi yang meningkat cepat dalam tiga pekan pertama usai gejala dan penurunan berikutnya," papar Marc Veldhoen, ketua peneliti proyek itu.
"Dalam fase respons awal, hasil (studi) kami menunjukkan bahwa rata-rata pria memproduksi lebih banyak antibodi dibandingkan wanita, namun levelnya seimbang dalam fase resolusi dan serupa antara kedua jenis kelamin tersebut dalam berbulan-bulan usai tertular SARS-CoV-2," tambahnya.
Berkolaborasi dengan Institut Darah dan Transplantasi Portugal (Portuguese Institute for Blood and Transplantation/IPST), Veldhoen mengonfirmasi bahwa terdapat aktivitas yang kuat hingga tujuh bulan pascainfeksi pada sebagian besar individu yang telah diuji sebelumnya.
"Bulan-bulan mendatang akan menjadi penting untuk menilai tingkat ketahanan respons imun terhadap infeksi SARS-CoV-2, dan menemukan petunjuk terkait sejumlah pertanyaan yang belum terjawab, seperti durasi respons imun tersebut atau apakah ada kemungkinan terjadinya penularan kembali," simpul peneliti IMM tersebut.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa hingga 2 Oktober, ada 193 kandidat vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan di seluruh dunia, dan 42 di antaranya sedang menjalani uji klinis di tengah upaya global memerangi pandemi ini.
Baca Juga: Gunakan Kotoran Telinga, Ilmuwan Bisa Mendeteksi Tingkat Stres Seseorang!