Suara.com - Modal yang cukup dan strategi tepat dibutuhkan untuk memulai bisnis atau usaha, terlebih jika berniat untuk membuka bisnis dalam skala besar. Belakangan ini, warganet dibuat terkejut dengan keinginan seseorang untuk membuat bisnis tapi modalnya tak terduga.
Dibagikan kembali oleh akun Twitter @txtdarionlshop pada 2 November, pemilik akun mengunggah gambar tangkapan layar berisi pesan WhatsApp antara seorang pengembang aplikasi dengan orang tersebut.
Seseorang yang tak diketahui identitasnya itu mengirim pesan terlebih dahulu dan meminta untuk dibuatkan aplikasi marketplace. Mulanya, pengembang aplikasi tersebut bertanya marketplace seperti apa yang diinginkannya.
"Siang, benar ini dengan jasa pembuatan aplikasi dan website?" tanya orang tersebut.
Baca Juga: Pesan Anti-Mainstream Restoran Cepat Saji di Tengah Pandemi Ini Bikin Salut
"Iya benar pak, ada yang bisa dibantu?" balas pengembang aplikasi.
"Saya mau buat toko online mas. Berapa?" tanyanya lagi.
"Toko online seperti apa pak? Tarifnya beda-beda tergantung yang dimaksud toko online seperti apa. Kalau boleh tau yang bapak jual produk apa?" jawab pengembang aplikasi.
"Ndak ada mas. Saya mau buat toko online kayak Tokopedia Bukalapak," balas orang itu seraya memberikan contoh aplikasi e-commerce yang dia inginkan.
"Oh mau buat start up ya pak? Kalau start up biayanya lumayan pak," tulis pengembang aplikasi.
Baca Juga: Viral Curhatan Warganet Temannya Bau Badan, Ini yang Harus Dilakukan
Setelahnya, orang tersebut memberi tahu modal yang dimilikinya saat ini kepada pengembang aplikasi. Dengan nominal tersebut, ia juga meminta agar aplikasi marketplacenya ramai digunakan oleh publik.
"Saya ada budget 5 juta mas. Bisa rame nggak mas kayak Tokopedia," tulisnya.
Mengetahui modal yang dimilikinya dengan keinginan untuk membuat marketplace, pengembang aplikasi itu pun menolak dengan sopan dan memberikan saran jenis aplikasi marketplace serupa dengan dana yang disesuaikan.
"Waduh maaf pak ngga bisa, buat start up biayanya lumayan besar dan harus dipikirkan matang-matang, ada biaya marketingnya juga supaya start upnya jalan. Atau kalau mau cuma sekedar buat aplikasi mirip-mirip marketplace kayak TokPed, bisa disesuaikan dengan dananya," balas pengembang aplikasi.
Orang tersebut pun kembali menanyakan nominal dana dan tetap bersikeras agar marketplace miliknya bisa ramai digunakan oleh publik.
"Berapa mas? Saya mau supaya tokonya ramai. Orang-orang bisa jualan kayak di Tokopedia," jelasnya.
Pengembang aplikasi itu pun tampaknya menyebutkan nominal dana yang harus dikeluarkan saat terakhir kali ia melakukan proyek pengembangan start up. Namun, sayangnya nominal tersebut disensor.
"Saya terakhir kali buat start up biayanya (sensor) aplikasinya saja. Masalah sukses atau ngganya tergantung timnya bapak, kan butuh dipasarkan pak," balas pengembang aplikasi.
Meskipun disensor, tampaknya itu jumlah yang cukup besar bagi orang yang berniat untuk membuat aplikasi marketplace tersebut. Hal itu dilihat dari reaksinya yang terkejut dan mengatakan, pengembang aplikasi itu berniat untuk merampok dengan dana yang dipatoknya.
"Wkwkwk mau ngerampok mas?" tulisnya.
Reaksi itu pun tampaknya membuat pengembang aplikasi geram dan mengatakan, dana yang harus disiapkan untuk membuat aplikasi seperti itu memang tidak sedikit.
"Biaya buat marketplace itu emang mahal! 5 juta mau nyaingin TokPed dipikir yang bener ya mas!" balas pengembang aplikasi.
Unggahan yang telah dibagikan sebanyak lebih dari 1.700 kali ke sesama pengguna Twitter itu pun menuai beragam komentar dari warganet.
"Hahaha sering ketemu klien gini. Dikira buat apps kayak Gojek, Tokopedia, Bukalapak itu murah. Baru dikasih kisaran harganya langsung terheran-heran," tulis akun @putradanahita.
"Aku kira dia mau buka toko online di marketplace, ehh ternyata mau buat marketplacenya wkwk," komentar @mirnaadd.
"Tokopedia bangun marketplace tahun 2000 modal 2,5 miliar. Eh dia tahun 2020 minta dibikinin marketplace pesaingnya modal 5 juta," tambah @pemeriksa.
"Kalau modalnya 5 juta dari dulu udah banyak yang buka kali pak wkwk," ungkap @momoruori.
"Saya sebagai UI UX Desainernya sangat-sangat ingin emosi ya ampun. Pak, perancangannya aja butuh biaya yang nggak sedikit, belum desain, apalagi developingnya, belum lagi pengujian, dan marketingnya. Kenapa sih," cuit @AzzRchl.