Suara.com - Ketergantungan konsumen terhadap belanja online, terlebih di era pandemi seperti ini, akan terus menjadi target utama pelaku kejahatan siber karena platform seperti e-commerce dan layanan pemesanan lainnya sering kali berisi data pelanggan dalam jumlah besar.
"Penjahat dunia maya tidak memperhitungkan waktu saat akan bertindak ketika mereka mendeteksi kerentanan apa pun di sistem," kata Stephan Neumeier, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky, dalam pernyataan siaran pers yang diterima Suara.com.
Tingginya pelanggaran data dan tingkat kerugian yang dialami, survei Risiko Keamanan TI Perusahaan Global Kasperky menemukan bahwa 84 persen bisnis Asia Tenggara telah membuat rencana untuk meningkatkan anggaran dalam keamanan TI, meskipun masih terdapat kesenjangan dalam hal infrastruktur TI yang dihosting oleh pihak ketiga.
Peningkatan aktivitas online tersebut memicu gerakan diam-diam dari para pelaku kejahatan siber. Karena itu, perusahaan dan individu harus meningkatkan kewaspadaan lebih tinggi.
Baca Juga: E-commerce Masih Jadi Target Utama Kejahatan Siber
Salah satunya, seperti pembobolan data yang dialami Cermati, konsultan keuangan di daerah Jakarta. Data milik 2,9 juta penggunanya dilaporkan dijual di forum hacker online.
Menurut Pratama Persadha, Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi CISSReC (Communication and Information System Security Research Center), ada tiga penyebab terbesar breach data, yaitu kesalahan manusia sebagai user, kesalahan sistem, dan serangan malware sekaligus peretas.
Ia menambahkan bahwa faktor kesalahan manusia meningkat selama pandemi, khususnya karena Work From Home (WFH). Pratama mengatakan WFH seharusnya diikuti dengan memberikan sejumlah tools keamanan, seperti jaringan pribadi virtual atau virtual private network (VPN), terutama saat pegawai sedang mengakses sistem kantor.
Kaspersky menjelaskan beberapa praktik terbaik untuk menghindari pelanggaran data adalah dengan memberikan pelatihan dan aktivitas yang akan mendidik karyawan tentang dasar-dasar keamanan siber, mengingatkan staf secara rutin tentang cara menangani data sensitif, menerapkan penggunaan perangkat lunak yang sah, hingga membuat cadangan data penting dan perbarui peralatan serta aplikasi TI secara teratur.
Baca Juga: Ketahuan Penipu, Calon Pembeli Ancam Utang Online Pakai Data Pemilik Olshop