Suara.com - Warga India diduga lebih kebal terhadap Covid-19 yang kini sedang menyapu dunia. Terbiasa hidup tidak sehat, jorok, dan sukar memperoleh air bersih diduga telah membuat banyak nyawa di negara itu tertolong saat datang tulah virus corona.
Dua hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang-orang di India, yang mayoritas hidup miskin, memiliki daya imun tubuh lebih kuat karena sejak kecil sudah terbiasa diserang bakteri dan virus biang penyakit. Alhasil pertahanan mereka terhadap penyakit lebih terlatih ketimbang yang hidup di negara kaya.
India, negara dengan populasi kedua terbesar di dunia, memiliki lebih dari 8,2 juta kasus Covid-19. Tetapi jumlah yang meninggal karena penyakit itu cuma sekitar 123.000 orang. Tingkat kematian akibat Covid-19 di India kurang dari 2 persen, termasuk yang paling rendah di dunia.
Penting dicatat, demikian dilansir BBC, dua studi di India ini belum di-peer reviewed atau belum dievaluasi atau diuji kredibilitasnya.
Baca Juga: Jokowi Akui Angka Kematian Covid di Indonesia Masih di Atas Rata-rata Dunia
Imun tubuh terlatih
Studi pertama membandingkan data dari 106 negara dengan menggunakan 24 parameter, antara lain kepadatan penduduk, demografi, kerentanan terhadap penyakit, dan kualitas sanitasi.
Hasilnya ditemukan bahwa di negara dengan pendapatan tinggi, jumlah korban meninggal akibat Covid-19 jauh lebih besar.
"Orang di negara miskin, dengan penghasilan lebih kecil, tampaknya memiliki respons imun lebih tinggi terhadap penyakit ketimbang mereka yang punya penghasilan lebih besar," kata Shekhar Mande, direktur jenderal Dewan Penelitian Sains dan Industrial (CSIR) India, salah satu peneliti pada studi pertama.
Studi kedua meneliti tentang peran mikrobioma - triliunan mikroba yang hidup di dalam tubuh manusia - dalam kasus infeksi Covid-19. Mikrobioma ini termasuk bakteri, virus, jamur, dan arkea, mahluk bersel satu.
Baca Juga: Jurnal New England: Antibodi Manusia Kurangi Risiko Keparahan Covid-19
Lingkungan mikroba
Mikrobioma ini membantu manusia dalam sistem pencernaan, melindungi kita dari penyakit akibat bakteri, turut mengatur sistem imun tubuh manusia, dan memproduksi vitamin.
Dalam studi ini Praveen Kumar and Bal Chander, dua ilmuwan dari Dr Rajendra Prasad Government Medical College, membandingkan data dari 122 negara. Di dalamnya ada 80 negara dengan penghasilan tinggi.
Hasil studi mereka menunjukkan bahwa kematian akibat Covid-19 lebih rendah pada negara yang populasinya terpapar oleh beragam mikroba, terutama kelopok mikroba yang disebut gram -negative bacteria.
Jenis bakteri ini adalah yang menyebabkan parahnya gejala pada penderita pneumonia, gangguan pada saluran darah dan kemih, serta pada penyakit infeksi kulit.
Uniknya gram-negative bacteria ini juga diyakini bisa memproduksi sejenis sitokin antivirus bernama interferon, molekul yang berfungsi melawan patogen dan yang bisa melindungi sel dari virus corona.
"Sejauh ini, model-model prediksi Covid-1 belum menjadikan status imun sebuah populasi, yang dipengaruhi oleh mikrobiome atau paparan lingkungan mikrobial, sebagai faktor penting," kata Chander.
Sebelumnya organisasi kesehatan dunia (WHO) mengatakan bahwa akses air bersih, kebersihan, dan lingkungn yang sehat sangat penting untuk melindungi diri dari Covid-19. Dengan kata lain, mereka yang hidup di lingkungan jorok dan sulit memperoleh air bersih seharusnya lebih rentan saat terinfeksi Covid-19.
Hipotesis higienis
Dua studi di India ini berkaitan erat dengan apa yang disebut hipotesis higienis. Inti dari gagasan ini adalah bahwa saat lingkungan di sekitar manusia begitu sehat dan bersih, maka sistem imun tubuh akan menjadi kurang terlatih serta kurang waspada sebab jarang diserang penyakit.
Ini bukan gagasan baru. Sejak 1989 hipotesis ini telah diutarakan dalam sebuah studi. Di dalamnya dijelaskan bagaimana pelung seorang anak untuk terkenal alergi rinitis bisa dikurangi jika saudara-saudaranya yang lebih tua atau ibunya, sebelum hamil, sudah pernah terkena penyakit tersebut.
Meski demikian untuk kasus di India, para ilmuwan menekankan bahwa belum ada bukti bahwa ada hubungan sebab akibat antara kondisi hidup dengan rendahnya kematian akibat Covid-19.
"Itu tak serta-merta berarti kami mendukung praktik hidup yang tidak bersih untuk mengatasi pandmi di masa depan," kata Mande.
Sementara ilmuwan lain, Krutika Kuppalli di Medical University of South Carolina, Amerika Serikat mengatakan bahwa dua studi ini menggunakan asumsi-asumsi yang belum terbukti secara ilmiah.
"Lebih kepada hipotesis, ketimbang fakta sains," terang dia.
Ilmuwan lain mengatakan bahwa rendahnya kematian akibat Covid-19 di India karena mayoritas populasi berusia muda.