Penyebab Tsunami dan Gempa Turki: Sesar Sisam yang Tiba-tiba Pecah

Liberty Jemadu Suara.Com
Sabtu, 31 Oktober 2020 | 14:22 WIB
Penyebab Tsunami dan Gempa Turki: Sesar Sisam yang Tiba-tiba Pecah
Tim penyelamat dengan bantuan seekor anjing pelacak mencari korban selamat di antara puing-puing bangunan yang runtuh setelah gempa bumi yang dahsyat melanda pantai barat Turki dan sebagian Yunani, di Izmir, Sabtu (31/10/2020). [OZAN KOSE / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa Turki bermagnitudo 7,0 yang mengguncang Provinsi Izmir, Jumat (30/10/2020) dipicu aktivitas Sesar Sisam (Sisam Fault) di Laut Aegea.

Pada masa lalu di lokasi ini memang beberapa kali terjadi gempa kuat, yang tak jarang menelan banyak korban, demikian dikatakan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono di Jakarta, Sabtu (31/10/2020).

"Sejarah gempa mencatat bahwa di sekitar Sesar Sisam sudah beberapa kali terjadi gempa kuat pada masa lalu seperti gempa tahun 1904 berkekuatan 6,2 magnitudo dan gempa pada 1992 berkekuatan 6,0," kata Daryono seperti dilansir dari Antara.

Ia menjelaskan bahwa Sesar Sisam adalah sebuah sesar aktif dengan mekanisme pergerakan turun (normal fault) dengan panjang jalur sesar sekitar 30 km.

Baca Juga: Sejumlah Fakta Gempa Turki, Sejarah hingga Kesamaan dengan Indonesia

Sesar Sisam dekat Pulau Samos tersebut, kata dia, pecah dekat Menderes Graben, wilayah dengan sejarah panjang gempa dengan sesar turun (normal fault).

"Karena mekanisme patahannya yang bergerak turun dan hiposenter gempanya sangat dangkal hanya sekitar 6 km maka wajar jika gempa tersebut memicu terjadinya tsunami," katanya.

Gempa Turki berpusat di Laut Aegea, sekitar 17 kilometer dari pesisir barat Turki. Gempa terjadi pada pukul 13.51 waktu setempat. Guncangan terasa hingga ke Athena di Yunani, Istanbul di Turki, dan menyebar hingga ke Bulgaria serta Makedonia Utara. Gempa Turki meyebabkan kerusakan pada banyak bangunan, termasuk rumah dan gedung-gedung bertingkat di wilayah Izmir.

Daryono mengatakan, hingga saat ini sudah terjadi lebih dari 100 aktivitas gempa susulan (aftershocks) dengan magnitudo terbesar 5,1 sejak terjadinya gempa utama (mainshock).

Menurut dia, wilayah Laut Aegea secara historis adalah kawasan rawan gempa dan tsunami, dengan peristiwa tsunami terakhir adalah tsunami merusak di Bodrum, Turki, akibat gempa berkekuatan 6,6 pada 2017.

Baca Juga: Korban Tewas Gempa di Turki Jadi 19 Orang, 709 Lainnya Luka-luka

"Gempa ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua yang tinggal di wilayah Indonesia dengan kondisi seismik aktif dan memiliki banyak jalur sesar aktif di dasar laut, sehingga kewaspadaan terhadap gempa dan tsunami perlu terus ditingkatkan dengan memperkuat upaya mitigasi baik mitigasi struktural dan nonstruktural," demikian Daryono.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI