Prediksi Penyebaran Covid-19, Ilmuwan Gunakan Teori Pencari Alien

Kamis, 29 Oktober 2020 | 12:00 WIB
Prediksi Penyebaran Covid-19, Ilmuwan Gunakan Teori Pencari Alien
Ilustrasi penampakkan alien. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan menggunakan teori persamaan terkenal yang digunakan dalam pencarian alien, untuk membuat model baru dalam memprediksi kemungkinan penyebaran virus Corona (Covid-19).

Model baru tersebut memperkirakan risiko penularan Covid-19 melalui udara. Para ilmuwan termotivasi oleh rumus matematika sederhana populer yang dikenal sebagai persamaan Drake, yang memperkirakan kemungkinan menemukan kehidupan luar angkasa di galaksi Bimasakti.

Persamaan ini dikembangkan pada 1961 oleh astronom Frank Drake dan hanya didasarkan pada tujuh variabel, sehingga memberikan kerangka kerja yang mudah dipahami untuk melihat sesuatu yang tidak dapat diketahui, seperti jumlah peradaban alien.

Para ahli kemudian ingin memberikan kerangka kerja serupa untuk memahami risiko penularan Covid-19.

Baca Juga: Lebih Tinggi dari Menara Eiffel, Ilmuwan Temukan Terumbu Karang Raksasa

Ilustrasi droplet penyebar Covid-19. [Badafest/Pixabay]
Ilustrasi droplet penyebar Covid-19. [Badafest/Pixabay]

"Masih ada banyak kebingungan tentang jalur penularan Covid-19. Ini karena tidak ada 'bahasa' umum yang memudahkan untuk memahami faktor risiko yang terlihat," kata Rajat Mittal, profesor Departemen Teknik Mesin di Johns Hopkins University.

Menurutnya, jika dapat memvisualisasikan proses ini dengan lebih jelas, kita dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang kegiatan apa yang boleh dilakukan dan yang harus dihindari.

Model baru yang diterbitkan pada 7 Oktober di jurnal Physics of Fluids, itu memecah penularan Covid-19 menjadi tiga tahap, yaitu pengusiran tetesan yang mengandung virus dari orang yang terinfeksi ke udara, penyebaran tetesan, dan menghirup tetesan oleh orang yang rentan.

Secara keseluruhan, model ini terdiri dari sepuluh variabel yang terlibat dalam penularan Covid-19, termasuk tingkat pernapasan orang yang terinfeksi dan rentan, jumlah partikel virus dalam tetesan yang dihembuskan, dan jumlah waktu orang yang rentan terpapar.

Para ilmuwan menggunakan model yang disebut ketidaksetaraan Contagion Airborne Transmission (CAT), itu untuk memperkirakan risiko penularan dalam berbagai kondisi, termasuk di mana orang menggunakan masker wajah atau mempraktikkan jarak sosial, serta saat berolahraga.

Baca Juga: Penelitian Terbaru, Ilmuwan Mampu Hasilkan Air Minum dari Udara Kering

Pada model ketimpangan, jika jumlah virus yang dihirup lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan untuk menyebabkan infeksi, maka orang lain akan jatuh sakit.

Namun, saat ini para ahli tidak tahu berapa banyak partikel yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi. Akibatnya, model tidak dapat menghitung risiko infeksi absolut, tetapi hanya dapat membandingkan tingkat risiko aktivitas berbeda.

Untuk penggunaan masker wajah, para ahli memperkirakan bahwa kondisi di mana individu yang terinfeksi dan rentan mengenakan masker N95, dapat mengurangi risiko penularan dengan faktor 400.

Masker bedah dapat mengurangi penularan dengan faktor 10 dan masker kain dengan faktor 7, jika kedua belah pihak menggunakan masker.

Sementara dalam kondisi di mana orang berolahraga seperti di gym, model tersebut menemukan adanya risiko penularan yang meningkat.

Ilustrasi: perempuan joging di treadmill di pusat kebugaran. (Shutterstock)
Ilustrasi perempuan joging di treadmill di pusat kebugaran. (Shutterstock)

"Bayangkan dua orang menggunakan treadmill dan bernapas lebih keras dari biasanya. Orang yang terinfeksi mengeluarkan lebih banyak tetesan dan orang yang tidak terinfeksi menghirup lebih banyak tetesan. Di ruang terbatas itu, risiko penularan meningkat sebesar faktor 200," tambah Mittal, seperti dikutip Space.com, Kamis (29/10/2020).

Dalam skenario jarak sosial, ilmuwan menemukan adanya hubungan linier antara jarak dan risiko penularan. Jika seseorang menggandakan jarak, maka orang tersebut juga menggandakan perlindungan terhadap virus.

Para ilmuwan bermaksud membuat model yang sederhana dan intuitif sehingga dapat diakses oleh semua orang, tidak hanya sesama ilmuwan tetapi juga pembuat kebijakan dan masyarakat umum.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI