Suara.com - Xiaomi, produsen smartphone asal China, baru-baru ini diminta mengganti smartphone milik pelanggan India, setelah komisi memanggil perusahaan tersebut atas tuduhan menjual produk "gagal" kepada pelanggannya di negara tersebut.
Komisi Ganti Rugi Konsumen Bandra telah mengarahkan raksasa teknologi dan pusat layanan resminya untuk memberi penduduk Andheri (di Mumbai, Maharashtra) sebuah smartphone baru. Tidak hanya itu, perusahaan juga diminta membayar pelanggan tersebut dengan kompensasi dan denda 10.000 rupee atau sekitar Rp 1,98 juta.
Selain itu, juga diarahkan agar responden membayar kembali 6.999 rupee atau kisaran Rp 1,39 juta yang semula dibayarkan pelanggan untuk handset tersebut pada September 2015, jika mereka tidak menyediakan model smartphone baru, sebagaimana ditentukan oleh Komisi.
Dilansir laman Gizmochina, Selasa (27/10/2020), menurut laporan FreePressJournal, Hiranna Fulari mulai mengalami masalah terkait pemanasan dan baterai pada Redmi 2 Prime yang baru dibeli, dalam waktu satu bulan setelah pembeliannya secara online.
Baca Juga: Bos Xiaomi Indonesia Buka Suara Soal Keluhan Stiker Distributor
Kemudian, Fulari membawa perangkat tersebut ke layanan pelanggan, yang mengharuskannya untuk meninggalkan perangkat selama 2 hari, kemudian ditunda menjadi 4 dan 7 hari tambahan.
Fulari akhirnya melakukan dua kali perjalanan pulang pergi ke pusat layanan, tetapi diberi tahu bahwa lebih banyak waktu diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Akhirnya, Fulari menerima perangkat itu dua setengah bulan kemudian dari pusat layanan.
Meski sudah menunggu lama, smartphone masih mengalami masalah yang sama, yaitu lagi-lagi perangkat ditinggalkan di pusat layanan. Setelah cobaan berat ini, Fulari mengadukannya pada komisi konsumen karena menerima handset rusak yang memerlukan perbaikan rumit dalam waktu yang sangat singkat setelah pembelian.
Karena itu, dia mengajukan keluhan mencari model ponsel cerdas yang lebih baru atau pengembalian dana penuh dari jumlah yang dia bayarkan sebagai kompensasi.
Komisi mencatat bahwa meskipun menerima pemberitahuan tersebut, Xiaomi dan pusat layanannya disebut telah “lalai” untuk tampil di hadapannya dan mengajukan pembelaan mereka.
Baca Juga: Beredar Teaser Xiaomi Akan Luncurkan Redmi K30S, Ini Spesifikasinya?
Dalam keputusannya, Presiden Shubhada D Tulankar mencatat bahwa perangkat tersebut perlu diperbaiki dalam waktu satu bulan setelah pembelian dan membutuhkan layanan selama dua setengah bulan, yang ternyata tidak menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini membuktikan bahwa perangkat tersebut mengalami masalah yang melekat di manufaktur.