Suara.com - Doublet earthquake atau gempa kembar Mentawai, Sumatra Barat pada Senin siang (19/10/2020) harus diwaspadai masyarakat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengatakan bahwa lonjakan aktivitas gempa tektonik beberapa hari belakangan dan sejarah tsunami pada 2011 patut jadi perhatian.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono meminta warga untuk waspada, karena dikhawatirkan rentetan gempa ini merupakan gempa pembuka (foreshocks) sebelum terjadinya gempa utama
"Untuk itu masyarakat dihimbau untuk waspada namun tidak perlu khawatir berlebihan, karena gempa kuat memang belum dapat diprediksi dengan akurat kapan terjadinya," kata Daryono dalam keterangan yang disebar di media sosial.
Zona Megathrust
Baca Juga: Gempa Mentawai Hari Ini: Kekuatan di Atas Magnitudo 5 dan Terjadi Beruntun
Ia menambahkan monitoring BMKG menunjukkan bahwa sejak 15 Oktober 2020 di Pagai Selatan telah terjadi peningkatan aktivitas gempa tektonik. Hingga hari ini tercatat telah terjadi gempa sebanyak 13 kali dalam variasi magnitudo dengan kedalaman dangkal.
Adapun rincian rentetan kejadian gempa tersebut yaitu, pada 15 Oktober 2020 terjadi 4 kali gempa, 17 Oktober 2020 terjadi 4 kali gempa, 18 Oktober 2020 terjadi 1 kali gempa, dan 19 Oktober 2020 hari ini terjadi 4 kali gempa.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa semua gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng di Zona Megathrust Mentawai-Pagai.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa seluruh gempa yang terjadi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault) yang merupakan ciri khas aktivitas gempa di zona megathrust," terang Daryono.
Kewaspadaan, imbuh dia, sangat diperlukan agar kita dapat merespon setiap informasi serta peringatan dini dengan baik dan rasional, baik respon evakuasi mandiri maupun respon terkait warning tsunami.
Baca Juga: Kepulauan Mentawai Diguncang Gempa 5,6 SR, Terasa Hingga Kota Padang
Memori tsunami 2010
Dalam hal ini evakuasi mandiri dinilai lebih menjamin keselamatan, dengan cara menjadikan guncangan gempa kuat yang dirasakan di pantai sebagai peringatan dini tsunami.
"Dengan evakuasi mandiri kita lebih banyak memiliki waktu emas (golden time) untuk menyelamatkan diri dari tsunami. Untuk itu, bagi masyarakat pesisir, jika merasakan guncangan gempa kuat maka segeralah menjauh dari pantai," lanjut dia.
Tak lupa Daryono memperingatkan di sebelah barat kluster pusat gempa saat ini, pernah menjadi pusat gempa besar yang memicu tsunami pada 25 Oktober 2010 pukul 21.42 WIB.
Saat itu terjadi gempa magnitudo 7,8 dengan kedalaman dangkal 20 km di zona megathrust. Dampak peristiwa tsunami yang terjadi pada saat itu, tercatat sebanyak lebih dari 400 orang meninggal dunia.
Gempa kembar
Ini merupakan gempa kembar kedua di daerah Sumatra sejak pesisir Bengkulu diguncang doublet earthquakes pada Agustus lalu. Gempa Bengkulu bermagnitudo 6.9 dan 6.8.
Adapun gempa kembar Mentawai memiliki magnitudo 5,6 dan 5,7. Episenter kedua gempa ini terletak di laut pada jarak sekitar 33 km arah Barat Daya Pagai Selatan pada kedalaman hiposenter 13 km dan 17 km.
Kedua gempa ini disebut doublet atau kembar karena kekuatannya yang hampir sama dan terjadi dalam jarak dan waktu yang relatif berdekatan.
Hanya dalam waktu 16 menit saja terjadi 2 kali gempa signifikan, dan kedua gempa ini dirasakan di Pagai, Kepulauan Mentawai, Padang, Painan, Bengkulu, dan Kepahiang, hingga membuat masyarakat panik.