Suara.com - Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) melaporan lubang di lapisan ozon di atas Antartika adalah salah satu yang terbesar dan terdalam, dalam satu dekade terakhir.
WMO mengumumkan bahwa lubang ozon di Antartika tumbuh pesat sejak pertengahan Agustus dan mencapai puncaknya sekitar 24 juta kilometer persegi pada awal Oktober, dengan luas lebih dari wilayah Rusia.
Berkat bantuan dari Copernicus Atmospheric Monitoring Service, NASA, dan Environment and Climate Change Canada, para ahli saat ini memperkirakan lubang itu mencakup 23 juta kilometer persegi, lebih tinggi dari area rata-rata selama dekade terakhir.
Lubang ozon yang besar telah didorong oleh pusaran kutub dingin yang kuat. Ukuran lubang ozon secara alami berfluktuasi setiap tahun, mencapai maksimum antara pertengahan September hingga pertengahan Oktober, dan kemungkinan akan kembali normal pada akhir tahun.
Baca Juga: Belahan Bumi Utara Catat Rekor Baru Suhu Terdingin
Menariknya, tahun lalu para ilmuwan melaporkan bahwa lubang di lapisan ozon di atas Antartika adalah yang terkecil dalam beberapa dekade.
"Ada banyak variasi dalam seberapa jauh peristiwa lubang ozon berkembang setiap tahun. Lubang ozon 2020 mirip dengan lubang 2018, yang juga merupakan lubang yang cukup besar, dan sudah pasti berada di bagian atas daftar selama lima belas tahun terakhir ini," kata Vincent-Henri Peuch, direktur Copernicus Atmosphere Monitoring Service di ECMWF, seperti dikutip IFL Science, Rabu (14/10/2020).
Peuch menjelaskan, dengan sinar Matahari kembali ke Kutub Selatan dalam beberapa minggu terakhir, menipisnya lapisan ozon di area tersebut akan terus terlihat. Penipisan lapisan ozon ini mendorong orang-orang untuk terus menegakkan Protokol Montreal yang melarang emisi bahan kimia perusak ozon.
Lapisan ozon merupakan wilayah stratosfer antara 15 hingga 30 kilometer di atas permukaan Bumi, yang memiliki konsentrasi gas ozon tinggi dibandingkan bagian atmofser lainnya.
Itu secara aktif bertindak sebagai perisai untuk tumbuhan di Bumi menyerap banyak sinar ultraviolet dari Matahari yang berbahaya. Zat pendingin dan pelarut dari bahan kimia buatan manusia dapat bertindak sebagai zat perusak ozon setelah terbawa ke stratosfer.
Baca Juga: Ozon Semakin Menipis, Ini Dampaknya Bagi Kesehatan
Hal ini juga berkaitan erat dengan suhu di stratosfer. Pusaran kutub baru-baru ini membuat lapisan atmosfer Bumi ini sangat dingin, sehingga memungkinkan pembentukan awan stratosfer kutub, yang hanya dapat terbentuk pada suhu dibawah minus (-) 78 derajat Celcius.
Awan ini membantu meningkatkan reaksi kimia yang melibatkan bahan kimia buatan manusia yang menyebabkan penipisan ozon, sehingga semakin mengurangi lapisan ozon.
Kekhawatiran atas lubang di lapisan ozon menjadi salah satu masalah lingkungan terbesar belakangan ini, ketika para ilmuwan menemukan lubang di lapisan di atas Kutub Selatan pada tahun 1970-an dan 1980-an. Diketahui bahwa lapisan tersebut telah terkikis oleh bahan kimia buatan manusia, yaitu zat pendingin dan pelarut.
Untungnya, para pakar di dunia memutuskan untuk mengambil tindakan yang tegas, salah satunya adalah Protokol Montreal yang diselesaikan pada 1987, untuk membuat kesepakatan secara global dalam melindungi lapisan ozon melalui penghapusan zat perusak ozon.
Itu menjadi salah satu seruan paling sukses untuk tindakan global yang pernah dicapai dan hingga saat ini, itu merupakan satu-satunya perjanjian PBB yang telah diratifikasi oleh setiap negara anggota PBB.