Perannya adalah untuk memasang akar gigi ke dalam soketnya di gusi, tetapi pertumbuhannya yang terus-menerus menciptakan lapisan, mirip dengan cincin pohon, yang dapat digunakan untuk mengetahui usia hewan ketika ia mati.
Sebuah spesimen gigi kuno milik Morganucodon dikirim ke Dr Ian Corfe dari Universitas Helsinki untuk pengujian awal.
"Kami senang, meskipun ketebalan sementum hanya sebagian kecil dari satu milimeter, gambar dari pemindaian sangat jelas sehingga cincin benar-benar dapat dihitung," kata Dr Corfe.
Morganucodon dan Kuehneotherium jatuh ke dalam gua dan lubang di batu tempat kerangka mereka, termasuk gigi, menjadi fosil.
![Ilustrasi Arkeolog. [Cesar Manso/AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/08/29/46651-arkeolog.jpg)
"Berkat pelestarian luar biasa dari fragmen kecil ini, kami dapat memeriksa ratusan individu suatu spesies, memberikan keyakinan lebih besar pada hasil daripada yang diharapkan dari fosil yang begitu tua," kata Dr Corfe.
Peneliti menggunakan 200 spesimen gigi yang disediakan Natural History Museum di London dan University Museum of Zoology di Cambridge.
Mereka diangkut ke Fasilitas Radiasi Synchrotron Eropa di Prancis atau Sumber Cahaya Swiss di Swiss untuk menjalani analisis sinar-X mereka.
Institusi ini memiliki beberapa mesin sinar-X paling terang di dunia, memungkinkan gambar yang sangat detail dibuat tanpa merusak fosil.
Baca Juga: Studi UCL: Hewan Mamalia Tertentu Mungkin Rentan Terhadap Covid-19