Fosil Bulu Tertua di Dunia Terungkap Milik Dinosaurus Burung Pertama

Senin, 05 Oktober 2020 | 19:15 WIB
Fosil Bulu Tertua di Dunia Terungkap Milik Dinosaurus Burung Pertama
Ragam bulu burung. Sebegai ilustrasi [Envanto Elements/twenty20photos].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan menemukan fosil bulu tertua di dunia yang menempel di tanah selama kurang lebih 150 tahun. Sejak ditemukan lebih dari satu setengah abad lalu, hampir tidak ada pakar yang mampu mengungkap misteri ini.

Namun penelitian baru menyatakan bahwa bulu ini memiliki bentuk sama seperti bulu pada Archaeopteryx, dinosaurus yang dikenal sebagai burung pertama. Terlebih lagi, bulu itu ditemukan di situs fosil yang sama dengan empat kerangka Archaeopteryx.

Walaupun penelitian sebelumnya menyebut bulu itu mungkin dari spesies baru, namun menurut para ahli ini hipotesa yang belum dideskripsikan.

Dengan mencocokkan bulu tadi ke beberapa spesimen Archaeopteryx, beberapa di antaranya berasal dari situs fosil yang sama, hasil penelitian baru ini berpendapat bulu purba tersebut kemungkinan besar berasal dari sayap Archaeopteryx.

Baca Juga: Dijuluki "Monster Sungai", 1.200 Gigi Dinosaurus Ini Diteliti Ilmuwan

Ragam morfologi garis bulu burung modern (Carney et al., Nature, 2020) seperti yang dimiliki pada burung magpie contohnya [Science Alert].
Ragam morfologi garis bulu burung modern (Carney et al., Nature, 2020) seperti yang dimiliki pada burung magpie contohnya [Science Alert].

"Ada perdebatan selama 159 tahun terakhir, apakah bulu ini milik spesies yang sama dengan kerangka Archaeopteryx, serta dari mana asalnya dan warna aslinya. Melalui penelitian yang menggabungkan teknik baru ke fosil dan literatur tua, kami akhirnya dapat memecahkan misteri berabad-abad ini," kata Ryan Carney, ilmuwan dari University of South Florida.

Penelitian sebelumnya memperkirakan bulu itu mungkin berwarna hitam. Analisis ulang pada pola badan pigmen yang ditangkap oleh fosil memperkuat interpretasi ini.

Salah satu bagian yang paling diperdebatkan dari fosil ini adalah hilangnya garis tengah bulu sejak ditemukan. Dalam studi yang diterbitkan tahun lalu, para ilmuwan berpendapat kelengkungan bulu itu terlalu berlebihan untuk Archaeopteryx.

Dilansir dari Science Alert pada Senin (5/10/2020), makalah baru yang telah diterbitkan di Scientific Reports berpendapat bahwa kurva bulu sangat bervariasi antarspesies, terutama untuk sayap atas.

Meski begitu, selama bertahun-tahun sebagian besar penelitian baru tentang bulu ini menyebutkan permasalahan telah selesai. Penelitian lebih lanjut masih harus dilakukan untuk mengungkap bentuk, warna, dan fungsi bulu tadi.

Baca Juga: Pertama Kalinya, Ilmuwan Ungkap Penampakan Embrio Dinosaurus

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI