Dirangsang oleh medan listrik, mikroba berkumpul menjadi biofilm padat dan memindahkan elektron melalui satu jaringan bersama.

"Mereka bertumpuk seperti apartemen tingkat tinggi dan mereka semua dapat berbagi jaringan listrik yang sama, terus-menerus membuang elektron," ucap Malvankar.
Temuan ini membuat Malvankar dan rekannya bertanya-tanya bagaimana mikroba mampu menembakkan elektron sampai ke dasar tumpukan. Lalu keluar lewat kawat nano yang secara efektif menghembuskan elektron pada jarak ribuan kali panjang tubuh mikroba asli.
Jarak seperti itu belum pernah ditemukan dalam respirasi mikroba dan para ahli menekankan betapa uniknya Geobacter dalam hal bertahan hidup di lingkungan yang keras.
Untuk menemukan rahasia kawat nano, penulis penelitian baru menganalisis budaya Geobacter yang dikembangkan di laboratorium menggunakan dua teknik mikroskop mutakhir.
Pertama, disebut mikroskop gaya atom resolusi tinggi yang mengumpulkan informasi rinci tentang struktur kawat nano dengan menyentuh permukaannya dengan probe mekanis yang sangat sensitif.
Melalui teknik kedua, yang disebut nanospektroskopi inframerah, para ilmuwan mengidentifikasi molekul tertentu dalam kawat nano berdasarkan cara mikroba menyebarkan cahaya inframerah yang masuk. Dengan dua metode tersebut, para ahli melihat "sidik jari unik" dari setiap asam amino dalam protein yang membentuk kawat nano.
Para ilmuwan menemukan bahwa, ketika distimulasi oleh medan listrik, Geobacter menghasilkan kawat nano yang sebelumnya tidak diketahui yang terbuat dari protein yang disebut OmcZ.
Protein ini menciptakan kawat nano yang menghantarkan listrik 1.000 kali lebih efisien daripada kawat nano khas yang dibuat Geobacter di tanah, memungkinkan mikroba mengirim elektron melintasi jarak yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga: Terungkap! Tragedi Titanic, Akibat Cuaca di Luar Angkasa
"Sebelumnya diketahui bahwa bakteri dapat menghasilkan listrik, tetapi tidak ada yang tahu struktur molekulnya. Akhirnya, kami menemukan molekul itu," jelas Malvankar.