Suara.com - NASA akan meluncurkan versi toilet baru ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) minggu depan, di mana astronot akan mengujinya dengan memasang sistem di salah satu toilet stasiun luar angkasa yang tengah beroperasi saat ini.
Pengujian toilet tadi berkaitan dengan misi pengiriman kembali manusia ke Bulan menggunakan pesawat ruang angkasa Orion pada 2023. Namun dalam misi itu, NASA harus memikirkan bila astronot mesti berurusan dengan peturasan. Inilah tantangan bagi Jason Hutt, pemimpin teknik kapsul Orion.
Jason Hutt bertanggung jawab memastikan bahwa toilet Orion, yang disebut Universal Waste Management System (UWMS), dapat berfungsi dalam batas-batas pesawat ruang angkasa tanpa menimbulkan masalah seperti bau berlebihan.
Mengingat Orion hanya berukuran seperti perahu motor kecil dan harus menampung empat astronot yang membuang kotoran selama hampir sebulan, sistemnya harus kompak, efisien, dan tidak terlalu menimbulkan bau.
Baca Juga: Hasil Studi: Setir Mobil Lebih Kotor dari Toilet Umum
Desain UWMS sendiri tidak terlalu berbeda dengan toilet luar angkasa lainnya.
Karena tidak ada gravitasi di luar angkasa, alat ini menggunakan kipas bermotor untuk menyedot urin dan kotoran astronot agar tidak melayang.
Kotoran akan tetap disimpan di Orion sampai pesawat kembali ke Bumi. Tetapi tidak ada ruang untuk menyimpan urin dan pesawat luar angkasa tidak bisa mendaur ulangnya menjadi air seperti yang bisa dilakukan di stasiun luar angkasa.
Sehingga astronot Orion berencana akan membuang urin mereka ke luar angkasa, di mana cairan itu bisa mengapung membeku selamanya.
NASA sebelumnya juga pernah membuang urin astronot ke luar angkasa. Namun selama penerbangan itu, urin membeku ke ventilasi. Kali ini, para insinyur menambahkan pemanas ke dalam sistem untuk mencegah pembekuan langsung.
Baca Juga: Viral Toilet Terbuat Dari Emas Batangan, Publik: Milik Firaun?
Dengan menyimpan kotoran manusia di kapsul Orion selama berminggu-minggu membuat para insinyur harus mencari cara untuk menghilangkan baunya.
Filter apa pun yang digunakan NASA untuk hal ini harus efektif namun ringan, sehingga tidak menambah bobot terlalu banyak.
"Bau disebabkan senyawa kimia yang dilepaskan dari kotoran manusia, lalu menembus filter berfungsi menghilangkan senyawa itu," jelas Jason Hutt, seperti dikutip Business Insider pada Kamis (24/9/2020).
Di sisi lain, NASA tidak mengizinkan pewangi kimiawi seperti Febreze digunakan di pesawat luar angkasa karena akan mencemari udara terlalu cepat dan berpotensi membahayakan astronot di dalamnya.
Selain itu, tabung bertekanan tidak diizinkan karena berisiko bisa meledak.
Jason Hutt telah menguji banyak opsi pewangi potensial. Sejauh ini, yang paling aman adalah arang aktif, berbentuk bubuk yang menyerap bau tanpa memerlukan listrik atau bahan kimia. Zat itu bisa dimasukkan ke dalam filter di sistem ventilasi pesawat.
Untuk mengetahui hasil pengujian toilet tadi, NASA telah membayar White Sands Test Facility di New Mexico yang akan mencium toilet setelah digunakan, dalam rangka mengevaluasi apakah tindakan pengendalian bau berhasil.