Partikel itu juga dapat merusak sistem kekebalan, mungkin dengan melumpuhkan sel-sel kekebalan di paru-paru.
"Partikel-partikel ini dapat menyeberang ke aliran darah dan menyebar ke mana-mana di tubuh. adi sistem kekebalan Anda pasti berada di bawah tekanan," tambah Hystad, seperti dikutip Science Alert, Senin (21/9/2020).
Meski masih belum jelas bagaimana paparan PM2.5 akan memengaruhi infeksi Covid-19, tetapi para ahli menyebut kemungkinan besar itu tidak baik.
![Ilustrasi penularan virus corona. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/07/16/76214-ilustrasi-virus-corona.jpg)
"Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa polusi udara akan meningkatkan kerentanan terhadap virus Corona dan kami tahu bahwa polusi udara terkait erat dengan peningkatan penyakit kardiovaskular," jelas Hystad.
Salah satu faktor risiko terbesar untuk Covid-19, tambahnya, adalah kondisi yang sudah ada sebelumnya. Jadi, polusi udara membuat orang lebih berisiko.
Para ilmuwan di Harvard TH Chan School of Public Health menemukan bahwa orang dengan infeksi Covid-19 memiliki kemungkinan kematian lebih tinggi, jika tinggal di daerah dengan tingkat polusi udara PM2.5 yang tinggi. Beberapa penelitian lain pun menunjukkan hubungan serupa.
"Kami masih dalam tahap awal tentang hubungan kebakaran hutan dengan Covid-19 pada paru-paru karena kami belum memiliki datanya. Saya khawatir jika Anda mengalami kebakaran hutan dan terjangkit Covid-19, Anda dapat mengalami lebih banyak gejala atau penyakit yang lebih buruk," ucap Stephanie Christenson, dokter perawatan paru di University of California.
Di sisi lain, beberapa bukti awal juga menunjukkan bahwa musim kebakaran yang buruk dapat memicu musim flu yang buruk.
Analisis baru-baru ini terhadap data sembilan tahun dari Montana mengungkapkan bahwa berbulan-bulan setelah asap kebakaran hutan yang berkepanjangan, masyarakat mengalami kasus flu tiga hingga lima kali lebih banyak daripada biasanya.
Baca Juga: Terkait Masalah Otak, Flu Bisa Bikin Linglung dan Perparah Depresi
"Dengan kata lain, penelitian kami menunjukkan kasus flu meningkat setelah musim kebakaran yang buruk," kata Erin Landguth, profesor di University of Montana.