Awas! Asap Kebakaran Bikin Paru-paru Rentan Terkena Covid-19 dan Flu

Senin, 21 September 2020 | 13:00 WIB
Awas! Asap Kebakaran Bikin Paru-paru Rentan Terkena Covid-19 dan Flu
Kebakaran hutan California. [Josh Edelson/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kebakaran hutan yang terjadi di California, Washington, dan Oregon telah membuat tingkat polusi meningkat di ketiga negara bagian minggu lalu, membuat udara di luar tidak aman untuk dihirup dan menyaingi kota-kota paling tercemar di dunia.

Sebuah badan penelitian yang berkembang menunjukkan, asap dapat merusak paru-paru, pembuluh darah, dan sistem kekebalan, membuat orang lebih rentan terhadap penyakit pernapasan. Sehingga ketika musim flu tiba, efek dari udara yang buruk dapat memperburuk wabah Covid-19 sekaligus flu.

"Itu adalah sesuatu yang perlu kita perhatikan dengan hati-hati karena ada bukti dalam hal polusi udara, yang menekan sistem kekebalan dan membuat individu lebih rentan terhadap flu dan tentu saja berpotensi terkena virus Corona," kata Perry Hystad, ahli epudemiologi lingkungan dan profesor di Oregon State University.

Hal paling berbahaya mengenai asap kebakaran hutan adalah partikel kecil yang dibawanya, khususnya partikel yang berukuran tidak lebih dari 2,5 mikrometer atau sekitar 30 kali lebih kecil dari rambut manusia. Ini dikenal sebagai PM2.5.

Baca Juga: Terkait Masalah Otak, Flu Bisa Bikin Linglung dan Perparah Depresi

Cuplikan foto dari video 3D paru-paru pasien Covid-19 di Amerika Serikat. [Youtube/Surgical Theater]
Cuplikan foto dari video 3D paru-paru pasien Covid-19 di Amerika Serikat. [Youtube/Surgical Theater]

Saat manusia menghirup asap, partikel ini dapat menembus ke dalam paru-paru dan bahkan aliran darah. Penelitian telah menghubungkan polusi PM2.5 dengan peningkatan risiko serangan jantung, stroke, dan kematian dini.

Pada orang sehat jangka pendek, ini dapat mengiritasi mata dan paru-paru serta menyebabkan mengi, batuk, atau kesulitan bernapas.

Penelitian tersebut menunjukkan partikel PM2.5 dapat merusak selaput paru-paru dan menyebabkan peradangan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperingatkan bahwa hal itu dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi paru-paru.

Pasalnya, setiap kerusakan pada lapisan paru-paru memberikan lebih banyak peluang bagi virus untuk menyusup.

Asap juga dapat memengaruhi jantung dan pembuluh darah. Banyak penelitian yang mengaitkan kebakaran hutan dengan peningkatan serangan jantung, stroke, dan gagal jantung. Itu mungkin karena ketika partikel PM2.5 masuk ke dalam darah, partikel tersebut dapat menyebabkan peradangan dan pembekuan. Tekanan darah juga bisa meningkat hanya karena stres hidup dalam kabut asap.

Baca Juga: Rusak karena Virus Corona, Pria 70 Tahun Harus Transplantasi Paru Ganda

Salah satu penelitian mengamati lebih dari 670.000 panggilan pengiriman ambulans selama lima musim kebakaran di British Columbia, Kanada, dan menemukan peningkatan masalah pernapasan dan kardiovaskular hanya dalam satu jam setelah peningkatan polusi PM2.5.

Partikel itu juga dapat merusak sistem kekebalan, mungkin dengan melumpuhkan sel-sel kekebalan di paru-paru.

"Partikel-partikel ini dapat menyeberang ke aliran darah dan menyebar ke mana-mana di tubuh. adi sistem kekebalan Anda pasti berada di bawah tekanan," tambah Hystad, seperti dikutip Science Alert, Senin (21/9/2020).

Meski masih belum jelas bagaimana paparan PM2.5 akan memengaruhi infeksi Covid-19, tetapi para ahli menyebut kemungkinan besar itu tidak baik.

Ilustrasi penularan virus corona. [Shutterstock]
Ilustrasi penularan virus corona. [Shutterstock]

"Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa polusi udara akan meningkatkan kerentanan terhadap virus Corona dan kami tahu bahwa polusi udara terkait erat dengan peningkatan penyakit kardiovaskular," jelas Hystad.

Salah satu faktor risiko terbesar untuk Covid-19, tambahnya, adalah kondisi yang sudah ada sebelumnya. Jadi, polusi udara membuat orang lebih berisiko.

Para ilmuwan di Harvard TH Chan School of Public Health menemukan bahwa orang dengan infeksi Covid-19 memiliki kemungkinan kematian lebih tinggi, jika tinggal di daerah dengan tingkat polusi udara PM2.5 yang tinggi. Beberapa penelitian lain pun menunjukkan hubungan serupa.

"Kami masih dalam tahap awal tentang hubungan kebakaran hutan dengan Covid-19 pada paru-paru karena kami belum memiliki datanya. Saya khawatir jika Anda mengalami kebakaran hutan dan terjangkit Covid-19, Anda dapat mengalami lebih banyak gejala atau penyakit yang lebih buruk," ucap Stephanie Christenson, dokter perawatan paru di University of California.

Di sisi lain, beberapa bukti awal juga menunjukkan bahwa musim kebakaran yang buruk dapat memicu musim flu yang buruk.

Analisis baru-baru ini terhadap data sembilan tahun dari Montana mengungkapkan bahwa berbulan-bulan setelah asap kebakaran hutan yang berkepanjangan, masyarakat mengalami kasus flu tiga hingga lima kali lebih banyak daripada biasanya.

"Dengan kata lain, penelitian kami menunjukkan kasus flu meningkat setelah musim kebakaran yang buruk," kata Erin Landguth, profesor di University of Montana.

Dua penelitian dari China juga menemukan hubungan antara paparan PM2.5 dan peningkatan penyakit mirip flu, meskipun penelitian itu bukan tentang asap api secara khusus.

Lebih buruk lagi, kebakaran hutan telah terjadi di akhir tahun selama beberapa dekade terakhir karena iklim yang memanas memperpanjang musim kemarau.

Ilustrasi flu. [Shutterstock]

Hal itu meningkatkan kemungkinan bahwa kondisi berasap akan tumpang tindih dengan musim flu, di mana musim kebakaran biasanya mencapai puncaknya pada akhir September atau awal Oktober, saat musim flu biasanya dimulai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI