Begini Cara Ilmuwan Mengukur 1 Hari di Bumi

Senin, 21 September 2020 | 11:30 WIB
Begini Cara Ilmuwan Mengukur 1 Hari di Bumi
Ilustrasi Bumi. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak orang mengetahui bahwa lama waktu yang dibutuhkan Bumi untuk menyelesaikan rotasi 360 derajat adalah 24 jam, tapi waktu tepatnya adalah 23 jam 56 menit.

Bumi yang terus bergerak di sepanjang orbitnya mengelilingi Matahari, titik lain di Bumi menghadap Matahari tepat di ujung putaran 360 derajat itu. Agar Matahari bisa mencapai posisi yang sama persis di langit, Bumi harus berputar 1 derajat lebih jauh.

Seperti itulah bagaimana cara para ilmuwan memilih mengukur hari di Bumi. Bukan berdasarkan rotasi Bumi yang tepat, tetapi posisi Matahari di langit.

Secara teknis, ini adalah dua jenis hari yang berbeda. Hari yang diukur dengan selesainya rotasi 360 derajat disebut hari sidereal. Sementara hari yang didasarkan pada posisi Matahari disebut hari Matahari (solar day). Hari ini empat menit lebih lama dari yang pertama, membuat manusia terbiasa dengan 24 jam.

Baca Juga: 5 Tempat Terbaik di Luar Angkasa Ini Cocok Mencari Kehidupan Alien

Badan Antariksa Jepang (JAXA). [Shutterstock]
Badan Antariksa Jepang (JAXA). [Shutterstock]

"Ini karena kita bergerak mengelilingi Matahari dalam orbit maka hari Matahari membutuhkan 24 jam. Jika kita tidak mengorbit Matahari, kedua hari itu akan sama," kata James O'Donoghue, ilmuwan planet di Badan Antariksa Jepang (JAXA), seperti dikutip Science Alert, Senin (21/9/2020).

O'Donoghue menambahkan, karena manusia menggunakan hari Matahari di kalender, maka akan terhitung 365 hari dalam setahun. Tapi Bumi sebenarnya menyelesaikan rotasi penuh (hari sidereal) 366 kali per tahun.

Ia menjelaskan perbedaan antara kedua jenis hari ini sebagai soal pemilihan objek latar belakang yang digunakan sebagai dasar perbandingan rotasi Bumi.

Rotasi penuh relatif terhadap posisi Matahari disebut sebagai hari Matahari. Sedangkan rotasi penuh relatif terhadap semua bintang lain yang dilihat adalah hari sidereal.

Menurut O'Donoghue, jika manusia menggunakan hari sidereal sebagai gantinya, maka Matahari akan terbit sekitar empat menit lebih awal setiap hari dan setelah enam bulan, Matahari akan terbit 12 jam lebih awal. Para ahli telah memutuskan untuk menggunakan ritme harian Matahari, bukan bintang.

Baca Juga: Sepekan, BMKG Catat 27 Gempa di Sumatera Utara dan Sekitarnya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI