Suara.com - Bencana pesawat ulang-alik Challenger terjadi pada 28 Januari 1986, ketika Space Shuttle Challenger meledak 73 detik setelah diluncurkan, dan menyebabkan kematian tujuh awak astronot pesawat di atas Samudera Atlantik.
Itu bukanlah peluncuran yang biasa karena roket tersebut berisi penumpang yang sangat istimewa, Christa McAuiffe, anggota pertama dari Guru dalam Proyek Luar Angkasa.
Namun, setelah 34 tahun insiden tersebut, bukti mengerikan telah terungkap yang menunjukkan bahwa penumpang Challenger tidak langsung tewas setelah ledakan dan mungkin bertahan hidup selama beberapa detik.
Mulanya, segalanya tampak berjalan sesuai rencana pada malam peluncuran. Ketika Komandan Francis Scobee meminta untuk menaikan kecepatan dan misi tersebut memiliki kemungkinan akan berhasil.
Baca Juga: Mendarat di Bennu Bulan Depan, NASA Ungkap Astroid Ini Lebih Aktif
Tiga detik kemudian, kontrol misi mendengar suara lain dan semua komunikasi elektronik dengan pesawat luar angkasa terputus.
Awalnya itu tampak seperti ada ledakan besar pada roket, yang membuatnya hancur. Tetapi enam bulan setelah penerbangan Dr Joseph. Kerwin, direktur Ilmu Hayati di Johnson Space Center, menyampaikan laporannya tentang penyebab kematian astronot Challenger.
Modul yang digunakan awak untuk pergi ditemukan sekitar 18 mil dari lokasi peluncuran. Penjelasan tentang apa yang terjadi pada tubuh astronot belum pernah dipublikasi, tetapi Dr Kerwin menulis dalam laporannya bahwa kekuatan ledakan Challenger terlalu lemah untuk langsung membunuh atau bahkan melukai orang yang ada di dalamnya. Dr Kerwin mentatakan penyebab para astronot di Space Shuttle Challenger tidak dapat disimpulkan.
Sementara itu, NASA selalu bersikeras bahwa tujuh awaknya tewas seketika dalam ledakan tersebut. Challenger telah hancur ketika mencapai 14.600 meter di atas permukaan Bumi. Meskipun tampak meledak, pesawat luar angkasa sebenarnya telah dilalap api hanya beberapa detik setelah lepas landas, ketika booster yang seharusnya mencegah kebocoran dari tangki bahan bakar melemah dan menyebabkan kegagalan.
Gas panas menyebabkan tangki bahan bakar runtuh dan terbelah, yang menyebabkan bola api besar melahap Challenger. Setiap orang di pesawat ualng-alik itu memiliki kantong udara sendiri, yang berisi beberapa menit udara dalam keadaan darurat.
Baca Juga: NASA Ingin Punya Tanah Bulan, Ada yang Mau Jual?
Bukti menunjukkan bahwa beberapa di antaranya telah diaktifkan dan masing-masing harus dioperasikan secara manual. Saat bangkai kapal ditemukan, tika kantong udara telah dibuka.
Dilansir dari Mirror, Kamis (17/9/2020), Dr Kerwin mengatakan ada kemungkinan bahwa penurunan tekanan kabin bisa membuat ketujuh astronot di pesawat pingsan sehingga tidak menyadari nasib tragis yang menimpa.
Jika tekanan turun lebih lambat, seluruh kru kemungkinan akan sadar pada apa yang terjadi selama 25 detik terakhir hidup mereka.