Suara.com - Para ilmuwan menemukan sampel sperma hewan tertua yang pernah ada, di dalam sebongkah amber berusia 100 juta tahun.
Menariknya, sperma raksasa beberapa kali lebih besar dari sperma manusia ini, berasal dari krustasea mirip udang yang berukuran lebih kecil dari biji poppy (biji yang sering dijadikan taburan dan isian kue atau roti).
Hanya berukuran 0,6 milimeter, hewan purba ini termasuk dalam kelas mikro-krustasea yang masih hidup dikenal sebagai ostracod, terkenal dengan sperma yang menampung hingga sepuluh kali besar dari diri hewan itu sendiri.
Itu mungkin terdengar mustahil, tetapi ketika sel-sel mikroskopis ini dipelintir dan disatukan menjadi bola-bola kecil, itu dapat bergerak melalui saluran reproduksi betina dengan mudah.
Baca Juga: Ngeri! Ilmuwan Temukan Fosil Dinosaurus yang Dikubur Hidup-hidup
Dengan menggunakan pemindaian micro-CT, para ilmuwan kini telah mengungkap 39 kerabat krustasea purba, di mana semuanya berada dalam bongkahan amber yang sama.
Tak hanya itu, komunitas purba ini masih memiliki ciri reproduksi yang sama seperti pada ostracoda saat ini, termasuk sperma raksasa.
Tubuh fosil ini juga berisi pompa sperma, telur, dan wadah betina yang masih terisi dengan sperma.
"Fakta bahwa wadah betina dalam keadaan membesar karena diisi dengan sperma menunjukkan bahwa persetubuhan yang berhasil telah terjadi tak lama sebelum hewan terperangkap di dalam amber," tulis para ilmuwan, seperti dikutip Science Alert, Rabu (16/9/2020).
Menurut prediksi, setidaknya sperma tersebut memiliki ukuran 0,2 mm atau sepertiga dari panjang tubuh hewan purba itu.
Baca Juga: Donald Trump Sebut Ilmuwan Tak Paham Soal Perubahan Iklim
Temuan ini juga merupakan sampel sperma hewan tertua. Meskipun sebelumnya para ahli telah menemukan fosil ostracoda lain berusia 100 juta tahun yang menunjukkan tanda-tanda organ reproduksi raksasa, namun para ahli belum pernah menemukan sampel sperma sebenarnya hingga penemuan ini terjadi.
Selama reproduksi, ostracoda purba dan modern mungkin menggunakan anggota tubuh kelima seperti "kail" untuk meraih betina.
Ostracoda jantan kemudian memasukkan jaringan dan memompa keluar sperma yang berukuran sangat panjang tapi tidak bergerak serta mendorongnya ke dua saluran sperma di tubuh betina.
Begitu sperma mencapai wadah reproduksi betina, para ilmuwan mengira sperma akan mulai bergerak sehingga dapat membuahi sel telur.
Namun, jika betina melakukan reproduksi dengan lebih dari satu pasangan, sperma harus bersaing. Para ahli berpikir memiliki sperma lebih besar, mempunyai peluang lebih menguntungkan.
Karena itu, para ilmuwan masih bernyata-tanya bagaimana makhluk kecil di Bumi bisa menghasilkan beberapa sperma raksasa yang bahkan sepertiga dari volume tubuhnya. Untuk menemukan bukti langsung adalah hal yang langka.
Meski begitu, penemuan ini sangat luar biasa. Tidak hanya karena amber telah mengawetkan jaringan lunak hewan selama 100 juta tahun, tetapi juga karena repertoar perilaku reproduksi tetap tidak berubah setidaknya selama ratusan juta tahun tersebut.
Penelitian ini telah dipublikasikan dalam Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences.