Suara.com - Eksoplanet atau planet luar surya memiliki variasi menarik, tapi dibatasi oleh komposisi Matahari. Mengingat planet, bulan, asteroid, dan objek luar angkasa lain terbuat dari apa yang tersisa setelah Matahari terbentuk, sifat kimianya dianggap terkait dengan inangnya.
Tetapi tidak semua bintang terbuat dari benda yang sama seperti Matahari. Dengan kata lain, di bentangan Bimasakti kemungkinan ada eksoplanet yang sangat berbeda dari yang ada di tata surya.
Misalnya, bintang yang kaya karbon dibandingkan Matahari dapat memiliki eksoplanet yang terbuat dari berlian, dengan sedikit silika, jika memiliki kondisi yang tepat.
Gagasan tersebut membuat para ilmuwan saat ini telah memadatkan dan memanaskan silikon karbida di laboratorium untuk mencari tahu seperti apa kondisi tersebut.
Baca Juga: Dibentuk di Awal Semesta, Ilmuwan Temukan Galaksi Mirip Bimasakti
"Eksoplanet ini tidak seperti objek apa pun di tata surya kita," kata Harrison Allen-Sutter, ahli geofisika dari Arizona State University's School of Earth and Space Exploration, seperti dikutip Science Alert, Selasa (15/9/2020).
Gagasan bahwa bintang dengan rasio karbon-ke-oksigen lebih tinggi daripada Matahari mungkin menghasilkan planet berlian, seperti yang diamati pada 55 Cancri e, sebuah planet luar surya super-Bumi yang mengorbit bintang yang diduga kaya akan karbon pada jarak 41 tahun cahaya.
Belakangan diketahui bahwa bintang ini tidak kaya karbon seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Tetapi antara 12 dan 17 persen sistem planet dapat ditemukan di sekitar bintang kaya karbon dan dengan ribuan bintang yang menampung eksoplanet teridentifikasi saat ini, planet berlian sepertinya memiliki kemungkinan susunan yang berbeda.
Para ilmuwan telah mengeksplorasi dan mengonfirmasi gagasan bahwa planet semacam itu kemungkinan besar terdiri dari karbida, senyawa karbon, dan elemen lainnya.
Baca Juga: Ilmuwan Deteksi Sinyal Radio di Bima Sakti, dari Alien?
Para ahli berhipotesis, jika air hadir untuk mengoksidasi silikon karbida dan mengubahnya menjadi silikon dan karbon, maka dengan panas dan tekanan yang cukup, karbon tersebut bisa menjadi berlian.
Untuk mengonfirmasi hipotesis tersebut, para ahli beralih ke diamond anvil cell, alat yang digunakan untuk memeras sampel kecil material ke tekanan yang sangat tinggi.
Para ilmuwan mengambil sampel silikon karbida dan mencelupkannya ke dalam air. Kemudian, sampel ditempatkan di diamond anvil cell, yang menekannya hingga 50 gigapascal atau sekitar setengah juta kali tekanan atmosfer Bumi di permukaan laut. Setelah sampel diperas, tim ahli memanaskannya dengan laser.
Secara keseluruhan, para ilmuwan melakukan 18 percobaan dan menemukan bahwa seperti yang telah diprediksi, pada panas dan tekanan tinggi, sampel silikon karbida bereaksi dengan air untuk diubah menjadi silika dan berlian.
Dengan demikian, para ahli menyimpulkan bahwa pada suhu hingga 2.226 derajat Celcius dan tekanan 50 gigapascal, planet silikon karbida dapat teroksidasi dengan adanya air dan komposisi interiornya didominasi oleh silika dan berlian.
Jika para ilmuwan dapat mengidentifikasi planet-planet seperti itu, planet tersebut dapat dicoret dari daftar kemungkinan planet yang dapat menampung kehidupan.
Menurut para ahli, interiornya akan terlalu keras untuk aktivitas geologis dan komposisinya akan membuat atmosfer tidak ramah bagi kehidupan. Penelitian ini telah dipublikasikan di The Planetary Science Journal.