Suara.com - Salah satu tempat koleksi kamera terbesar di dunia tersembunyi di sebuah balai kampung di Fife, sebuah kota pinggir pantai, Skotlandia.
Hampir tidak ada orang yang tahu tempat itu.
Di tempat penyimpanan itu terdapat setidaknya 3.000 kamera, termasuk yang berumur lebih dari satu abad.
Pemiliknya adalah almarhum Neville "Jim" Matthew.
Baca Juga: Canggih! Ponsel Xiaomi Bisa Deteksi Detak Jantung Cukup Lewat Kamera
Jim adalah pensiunan yang menetap di Desa Saint Monans, East Neuk. Dia tinggal di kampung yang indah itu setelah berkeliling dunia selama karier profesionalnya.
Jim menggunakan aula bekas kantor lembaga keagamaan Salvation Army untuk menyimpan koleksi berharganya.
Di dalam balai itu tersimpan baris demi baris lemari berisi kamera, aksesoris, dan benda memorabilia.
Koleksi Jim itu antara lain kamera stereo tiga dimensi dan kamera yang diproduksi negara-negara Eropa Timur yang sangat jarang ditemukan di Eropa Barat.
- Foto cantik mobil-mobil antik yang ditelantarkan di Eropa dan Amerika
- Foto menakjubkan serangga berusia 45 juta tahun terperangkap dalam getah
- Foto-foto mobil menakjubkan yang memukau perjalanan abad ke 20
Di titik pusat tempat penyimpanan itu terpampang beberapa kamera Kodak Brownie, termasuk serinya yang paling langka.
Baca Juga: ZTE A20 5G Lolos Sertifikasi, Bawa Kamera Under Display?
Brownie adalah kamera berharga terjangkau pertama. Pada 1990, kamera itu bisa dibeli seharga satu dolar Amerika Serikat.
Jim ingin koleksi itu menjadi tempat publik. Namun seiring umurnya yang terus bertambah dan penyakit yang dia derita, keinginan itu semakin sulit terwujud.
Sebaliknya, dia membatasi kunjungan ke tempat penyimpanan kamera itu satu kali setahun, selama festival turis di desa itu. Dia terkadang juga menerima kunjungan terbatas.
"Dia sangat senang berbincang mengenai koleksi itu, ketika orang-orang datang ke balainya," ujar Dorothy, istrinya.
"Saya harus turun tangan karena dia kadang tak tahu kapan harus beristirahat.
"Jim adalah pembicara yang menyenangkan. Dia tidak senang basa-basi, tapi jika itu tentang yang dia gemari, dia bisa bicara terus-menerus," ucap Dorothy.
Jim wafat pada usia 81 tahun pada akhir 2017. Dia mulai mengoleksi kamera 24 tahun sebelum menutup hayat. Ketika itu dia membeli kamera saat mengunjungi anaknya yang tinggal di Vancouver, Kanada.
Mereka berkeliling toko antik. Dorothy lalu membelikannya sebuah kamera tua sebagai cendera mata.
Tak lama setelahnya, begitu Jim pulih dari operasi jantung, mereka berkenalan dengan para pemilik toko di sepanjang pantai barat Amerika Serikat hingga Oregon. Di sana mereka menemukan banyak toko antik.
"Jim mulai menghabiskan waktu dan menemukan beberapa kamera yang dia suka," kata Dorothy.
"Semuanya berkembang sejak saat itu. Ketika dia menyukai sesuatu, dia akan melakukan segalanya.
"Dia tidak mau berhenti. Dia tidak pernah mengatakan alasannya. Semua hanya tentang kapan dia memulai dan terus melanjutkannya," ujar Dorothy.
Dorothy menyebut Jim mengumpulkan koleksi pada waktu yang tepat karena banyak orang meninggalkan kamera lawas untuk beralih ke teknologi terbaru.
"Setiap kali dia pergi ke suatu tempat, dia selalu pulang dengan koper penuh kamera," tuturnya.
Jim rutin bepergian untuk urusan pekerjaan dan liburan. Dia akan mencari pasar loak atau tempat-tempat yang menjual barang bekas.
Polandia menjadi destinasi yang paling dia cari karena mereka menerima banyak kamera bekas dari Uni Soviet.
"Dia berusaha mencari kamera dari setiap negara ketika berlibur," kata Dorothy.
Jim juga meminta kawannya jika mereka memiliki waktu senggang mencarikannya kamera. Dan kerap kali, kawan-kawannya menyediakan waktu untuk Jim.
Jim lahir di Bolton, Inggris. Saat dewasa dia berkarier di industri kapal pesiar.
Saat memulai kariernya, orang tua Jim pindah ke Glasgow. Di sanalah dia bertemu Dorothy, lalu mengubah namanya menjadi Neville, nama yang tidak begitu diterima di Skotlandia.
Dorothy dan Jim menikah lalu memiliki tiga anak. Pekerjaan Jim sebagai insinyur kapal membawanya ke berbagai kota di dunia.
Jim dan keluarganya tinggal selama tujuh tahun di Hong Kong, dua tahun di Yunani, lima tahun di Belanda, dan 12 tahun di Kanada.
Dorothy berkata, Jim hidup untuk berkelana. Hanya sedikit tempat yang belum sempat Jim singgahi.
Jim kerap pergi seorang diri karena dia hanya peduli dengan kamera, kata Dorothy. "Menurut saya itu sangat memboroskan uang," ujarnya.
"Dia piawai memotret jadi saya pikir dia menikmati hasilnya. Dia ingin lebih dari sekedar foto. Dia betul-betul tenggelam dalam kegemarannya itu."
Saat koleksi Jim terus bertambah, pasangan itu tinggal di Belanda. Jim sempat menyimpan koleksinya di kantor.
Saat mempersiapkan masa pensiun, mereka membeli rumah di St Monans, dekat rumah ibunya Dorothy.
Rumah itu tidak terlalu besar untuk menyimpan kamera. Jadi Jim membeli balai milik Salvation Army.
Tiga tahun setelah Jim wafat, Dorothy bekerja sama dengan yayasan amal. Dia memindahkan kepemilikan bangunan dan seluruh koleksi Jim untuk dijadikan museum publik.
Dorothy kini tinggal di Kanada. Dia sangat gembira dengan masa depan museum itu.
"Saya tak terbayang bisa mewujudkannya. Saya cemas tentang apa yang kami upayakan," tuturnya.
"Saya tidak ingin koleksi Jim itu dibuang."
Foto-foto oleh Dave Smith.