Ilmuwan Desak Pasien Covid-19 Karantina Hewan Peliharaannya

Jum'at, 11 September 2020 | 08:15 WIB
Ilmuwan Desak Pasien Covid-19 Karantina Hewan Peliharaannya
Kucing pakai masker. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan mendesak pasien virus Corona (Covid-19) untuk karantina hewan peliharaannya. Pasalnya, sebuah penelitian terbaru mengungkap menemukan lebih banyak kucing mungkin positif Covid-19, daripada yang diyakini semula.

Menurut penelitian tersebut, antara 10 dan 15 persen kucing yang dites virus Corona di Wuhan, telah tertular virus dari manusia. Temuan ini muncul ketika para ahli mencoba dan mencari tahu risiko apa yang ditimbulkan oleh Covid-19 serta kondisi hiperinflamasi MIS-C pada anak-anak, terhadap hewan peliharaan.

Sampel darah yang diambil lebih dari 100 kucing antara Januari dan Maret di China, mengungkapkan hewan peliharaan tersebut kemungkinan tertular virus dari manusia.

Para ilmuwan menyarankan agar pasien Covid-19 harus mengarantina diri jauh dari hewan pendampingnya, seperti kucing dan anjing, untuk mencegah penyebaran penyakit.

Baca Juga: Kerusakan Paru-paru Pasien Covid-19 Disebut Bisa Membaik dalam 3 Bulan

Anjing pakai masker. [Shutterstock]
Anjing pakai masker. [Shutterstock]

Tak satu pun dari kucing yang terinfeksi Covid-19 dalam penelitian tersebut yang menunjukkan gejala, tetapi diyakini virus itu bisa mematikan bagi hewan peliharaan.

Menurut catatan publik di Amerika Serikat, hanya ada 17 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi pada kucing peliharaan.

Tetapi dalam temuan baru di Wuhan, penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Huazhong Agricultural University, menunjukkan tingkat infeksi pada hewan pendamping kemungkinan jauh lebih tinggi.

Para ilmuwan mengambil sampel darah dari 141 kucing secara total, di mana 102 di antaranya setelah wabah Covid-19 dan 39 lainnya sebelum penyakit muncul untuk perbandingan.

Dari 102 yang telah diambil darahnya serta melakukan usap hidung dan dubur, sebanyak 46 kucing berasal dari tiga penampungan hewan, 41 berasal dari lima rumah sakit hewan, dan 15 berasal dari rumah tangga di mana setidaknya satu anggota keluarga diketahui terinfeksi Covid-19.

Baca Juga: Face Shield dan Masker Berkatup Tidak Efektif Cegah Infeksi, Ini Alasannya

Antibodi Covid-19 ditemukan pada 15 kucing dan 11 kucing memiliki antibodi penetral Covid-19. Tiga kucing dengan antibodi paling banyak terhadap virus dimiliki oleh manusia yang mengidap Covid-19.

Sama seperti penelitian lain yang mengamati penularan Covid-19 dari satu spesies ke spesies lain, penelitian ini bersifat observasional, dan oleh karena itu tidak dapat membuktikan secara meyakinkan bahwa kucing dapat menginfeksi manusia atau sebaliknya.

Namun, para ilmuwan merujuk pada sebuah penelitian yang diterbitkan minggu lalu, yang menemukan Covid-19 dapat ditularkan di antara kucing melalui tetesan pernapasan.

Para ahli mengatakan diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui apakah mekanisme ini menyebarkan virus antar spesies.

Tetapi ketika para ilmuwan menafsirkan datanya, ditemukan cukup alasan untuk mendorong para pemilik hewan peliharaan agar berhati-hati.

"Tindakan harus dipertimbangkan untuk menjaga jarak yang sesuai antara pasien Covid-19 dan hewan pendamping seperti kucing dan anjing, dan tindakan kebersihan serta karantina juga harus dilakukan untuk hewan berisiko tinggi tersebut," kata Meilin Jin, penulis utama penelitian, seperti dikutip Dailymail, Jumat (11/9/2020).

Ilustrasi kucing pakai masker. [Chiplanay/Pixabay]
Ilustrasi kucing pakai masker. [Chiplanay/Pixabay]

Meskipun sumber infeksi kucing peliharaan sudah jelas, memahami bagaimana empat kucing terlantar dan empat kucing di rumah sakit hewan memiliki antibodi lebih sulit. Para ahli yakin kucing-kucing itu mendapatkannya dari manusia yang terinfeksi, tetapi ini sporadis dan berpotensi terjadi jauh sebelum pengambilan sampel.

"Meskipun infeksi pada kucing liar tidak sepenuhnya dipahami, masuk akal untuk berspekulasi bahwa infeksi ini mungkin disebabkan oleh kontak dengan lingkungan yang tercemar Covid-19 atau pasien Covid-19 yang memberi makan kucing," tulis para ilmuwan dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Emerging Microbes & Infections.

Antibodi yang ditemukan pada kucing berumur pendek dan mirip dengan respons manusia setelah tertular virus Corona flu biasa. Karena kesamaan cara kucing dan manusia merespons infeksi virus ini, para ilmuwan juga mengatakan bahwa mempelajari Covid-19 pada kucing dapat membantu memahami lebih lanjut tentang respons kekebalan manusia terhadap infeksi.

Para ahli mengatakan, kucing memiliki potensi besar sebagai model hewan untuk menilai karakteristik antibodi Covid-19 pada manusia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI