Tempe dari Kedelai Hasil Rekayasa Genetika Amerika Marak di Indonesia

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 11 September 2020 | 05:15 WIB
Tempe dari Kedelai Hasil Rekayasa Genetika Amerika Marak di Indonesia
Mayoritas tempe di Indonesia terbuat dari kedelai hasil rekayasa genetika yang diimpor dari Amerika Serikat. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sejauh ini, PRG di Indonesia masih dalam tahap pengembangan antara lain padi tahan kekeringan, padi tahan garam, padi produktivitas tinggi, tomat tahan virus, dan tomat berbiji sedikit.

PRG ini dikembangkan oleh Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian Kementerian Pertanian atau Indonesian Center for Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Research and Development (ICABIOGRAD). Banyak produk lainnya seperti pepaya, tebu gula serta singkong yang juga dimodifikasi oleh institusi lainnya.
Pandangan masyarakat terhadap pangan PRG

Riset kami menggunakan kuesioner online untuk mendapatkan gambaran umum dan preferensi konsumen terhadap produk rekayasa genetika. Walau pangan PRG telah biasa dikonsumsi, survei kami menunjukkan masyarakat cenderung menjadi ragu untuk mengonsumsi suatu produk saat mengetahui bahwa produk tersebut adalah PRG.

Dari survei online, kami temukan sebagian besar responden (70,1%) sudah mengetahui informasi mengenai PRG. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi rekayasa genetika sudah menjadi pengetahuan umum di masyarakat. Pada saat menemukan PRG, hanya sekitar 20,8% responden akan membeli produk tersebut dengan alasan utama mereka merasa kualitas PRG lebih baik dari segi rasa, warna, dan bau. Sebaliknya, hanya sebagian kecil responden (7,9%) menyatakan tidak akan membeli PRG dengan alasan utama pengetahuan mereka terhadap PRG.

Menariknya, mayoritas responden (71,3%) menjawab “ragu-ragu” untuk membeli produk rekayasa genetika. Hal ini menandakan bahwa mereka bimbang antara ingin membeli atau tidak, dan pola pemikiran ini utamanya didasari oleh adanya pengetahuan mereka terhadap PRG.

Permasalahan yang kemudian timbul adalah apakah pengetahuan yang diperoleh tersebut sudah tepat atau malah keliru?

Menangkal isu dampak negatif PRG

Walau PRG telah banyak dikonsumsi di Indonesia, ada berapa misinformasi terkait dampak produk ini yang perlu diluruskan.

Salah satunya adalah bahwa mengkonsumsi produk berbasis PRG akan menyebabkan efek alergi. Efek ini dapat disebabkan oleh perpindahan gen dari organisme penyebab alergi ke organisme yang tidak menyebabkan alergi. Oleh sebab itu, WHO tidak menyarankan untuk membuat PRG dari organisme penyebab alergi kecuali dapat dibuktikan tidak menyebabkan alergi. Namun hingga saat ini belum ada efek alergi yang ditemukan pada pangan rekayasa genetika yang dipasarkan.

Baca Juga: 750 Juta Nyamuk Mutan Bakal Dilepaskan, Ini Alasannya

Bahkan dengan adanya modifikasi, PRG dapat dihilangkan sifat penyebab alerginya. Salah satu contohnya adalah produk gandum bebas protein gluten.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI