Suara.com - Sebuah studi atas gajah-gajah Afrika mendapati bahwa gajah jantan berusia tua berperan penting dalam menjamin keberlangsungan spesiesnya dengan menurunkan keahlian dan pengetahuannya kepada gajah jantan muda.
Gajah betina memimpin kawanannya yang terdiri dari gajah-gajah betina dan anak-anaknya, sementara gajah jantan yang sudah dewasa meninggalkan kawanan.
Periset mendapati bahwa gajah-gajah dewasa memiliki peran penting memimpin gajah-gajah jantan yang lebih muda.
Kerugian kawanan gajah akibat diburu manusia berpotensi memiliki "dampak yang buruk".
Baca Juga: Fenomena Gajah Mati Misterius Kembali Terjadi di Zimbabwe
- 'Mereka menyiksa gajah-gajah lalu meneteskan air mata buaya'
- Gajah stres jadi hewan percobaan untuk penelitian minyak ekstrak ganja
- Natta Kota, gajah jantan yang jadi tamu permanen hotel di Sri Lanka
Studi yang terbit dalam jurnal ilmiah Scientific Reports itu menemukan bahwa gajah-gajah jantan dewasa mungkin memiliki peran serupa dalam kawanannya seperti yang diemban oleh gajah betina dewasa dalam kawanannya.
"Sudah lama diketahui bahwa gajah betina yang berusia lebih tua akan menjadi pemimpin kawanan gajah betina yang lebih efektif karena pengalaman mereka. Kami memberikan bukti yang menarik bahwa peran serupa juga dijalankan oleh gajah-gajah jantan berusia tua di kawanan gajah jantan," kata Connie Allen dari University of Exeter dan yayasan amal Elephants for Africa.
Periset menyelidiki perilaku lebih dari 1.250 gajah jantan sabana Afrika yang selalu mampir ke Sungai Boteti di Taman Nasional Makgadikgadi Pans, Botswana.
Gajah jantan individual terlihat dalam seperlima dari total pengamatan periset, yang menempatkan kamera di jalur yang biasa dilewati kawanan gajah.
Sementara itu gajah jantan remaja tidak melewati jalur itu sesering yang diprediksi periset. Ini mengindikasikan bahwa bepergian seorang diri lebih berisiko bagi gajah jantan muda yang kurang pengalaman.
Baca Juga: Bunuh 500 Ekor Gajah, Pemburu Terkenal Ini Diganjar 30 Tahun Penjara
Gajah jantan dewasa lebih mungkin berjalan paling depan dari kawanannya, mungkin karena mereka adalah pemimpin penting yang memiliki pengetahuan ekologis yang berharga.
Rahasia bertahan hidup
Pemikiran bahwa gajah jantan berusia tua tidak berperan banyak bagi keberlangsungan hidup spesiesnya telah dipakai sebagai argumen untuk mendukung perburuan legal terhadap gajah jantan tua.
Namun, riset ini menemukan bahwa membunuh gajah jantan tua berpotensi menimbulkan "konsekuensi yang buruk" lantaran menghapuskan tokoh penting dalam kawanan gajah jantan.
"Gajah jantan tertua, yang mungkin memiliki pengalaman selama puluhan tahun dalam memanfaatkan lingkungan dan menavigasi sumber daya yang krusial, dalam studi kami lebih mungkin memimpin kawanan gajah jantan," kata Connie Allen.
"Ini berarti gajah jantan muda, remaja, dan gajah yang baru [yang lepas dari asuhan gajah dewasa], mendekati gajah jantan tua karena pengetahuan sosial dan ekologisnya yang luas.
"Menghilangkan gajah jantan, yang jarang ditemukan dan berperan penting tersebut, berpotensi menimbulkan dampak yang buruk bagi populasi gajah secara umum dan sangat mengganggu alur informasi antar generasi di spesies gajah, yang biasanya berumur panjang ini."
Gajah jantan telah lama dianggap sebagai gajah yang biasanya lebih suka menyendiri setelah meninggalkan kawanan dan kelompok keluarganya. Namun kini lebih banyak bukti bahwa gajah jantan, dan gajah betina, memiliki hidup yang sangat sosial.
Hal itu lebih sulit diteliti di gajah-gajah jantan, yang biasanya bepergian dalam jarak jauh dan lebih sulit dilacak.
Profesor Darren Croft dari University of Exeter mengatakan bahwa hasil studi ini menegaskan bahwa gajah jantan tua mungkin berperan sebagai repositori, atau tempat penyimpanan, pengetahuan ekologis seperti kapan dan di mana gajah dapat menemukan makanan dan air.
Pengetahuan ini memberikan keuntungan bagi keberlangsungan hidup gajah-gajah jantan muda yang berasosiasi dengan gajah tua tersebut.
"Penemuan ini menimbulkan kekhawatiran soal perburuan terhadap gajah jantan tua untuk dijadikan trofi dan perburuan ilegal, dan merupakan bukti bahwa gajah jantan tua perlu dilindungi," katanya.
Kematian mendadak lebih dari 275 gajah di Botswana Utara awal tahun ini menggegerkan khalayak.
Hasil autopsi tidak bisa menyebutkan penyebab pasti kematian mereka, yang diduga beragam, termasuk karena racun alam.
Lebih dari 20 gajah mati di negara tetangga Zimbabwe, yang dicurigai karena infeksi bakteri atau karena stress akibat harus berjalan jauh untuk menemukan makanan dan air.
Meski demikian, otoritas mengatakan perburuan bukan penyebab gajah-gajah tersebut mati, baik di Botswana maupun Zimbabwe.