Jangan Pernah Bayar Tebusan Ransomware, Ingat Itu!

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 03 September 2020 | 07:45 WIB
Jangan Pernah Bayar Tebusan Ransomware, Ingat Itu!
Dony Koesmandarin selaku Territory Channel Manager, Kaspersky South East Asia saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (7/2/2019). [Suara.com/Tivan Rahmat]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pakar keamanan siber dari Kaspersky, Dony Koesmandarin memperingatkan untuk jangan pernah membayar tebusan ransomware jika menjadi korban peretasan.

"Tidak perlu membayar apa pun," ujar Dony yang juga merupakan Territory Channel Manager untuk Indonesia di Kaspersky, dalam konferensi pers virtual, Rabu (2/9/2020).

Pelaku serangan ransomware umumnya mengenkripsi file untuk memeras korban, sehingga korban harus menebus kunci enkripsi untuk bisa mendapatkan kembali data yang dikunci pelaku.

Namun, berdasarkan riset Kaspersky, sebanyak 20 persen korban ransomware yang membayar tetap tidak mendapatkan kembali file yang dikunci pelaku.

Baca Juga: Ini 5 Jenis Ransomware yang Paling Banyak Ditemukan di Indonesia

Oleh karena itu, Dony menyarankan untuk tidak membayar uang tebusan. Selain itu, menurut dia, dengan membayar uang tebusan justru dapat membiayai operasional pelaku kejahatan siber.

"Cyber crime juga perlu budget, kalau tidak punya uang dan tidak menghasilkan, maka juga tidak dapat beroperasi. Jadi tidak perlu bernegosiasi dengan mereka," kata Dony.

Sebelumnya Kaspersky mengungkapkan bahwa selama paruh pertama 2020 Indonesia menjadi negara kedua yang paling banyak diserang ransomware di Asia Tenggara.

Dari 831.105 percobaan ransomware yang telah diblokir di wilayah Asia Tenggara pada paruh pertama tahun ini, 298.892 di antaranya merupakan upaya terhadap pengguna di Indonesia.

Di posisi pertama terdapat Vietnam dengan 385.316 upaya serangan ransomware pada H1 2020. Kemudian, di urutan ketiga Thailand dengan 85.384 upaya serangan ransomware. Selanjutnya, Malaysia, Filipina dan Singapura, masing-masing berada di urutan keempat, kelima dan keenam.

Baca Juga: Indonesia Jadi Target Terbesar Kedua Ransomware di Asia Tenggara

"Kenapa Indonesia begitu tinggi? Kita bicara tentang awareness, karena ketidaktahuan," beber Dony. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI