Suara.com - Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Anggia Prasetyoputri mengatakan strain SARS-CoV-2, virus pemicu wabah Covid-19, dengan mutasi D614G dinilai 10 kali lebih infeksius atau mudah menular baru sebatas hasil dari pengujian di laboratorium.
"Kalau dari hasil penelitian di kultur sel di laboratorium, iya, tapi belum bisa dibuktikan di manusia apakah memang 10 kali lebih mudah menular," kata Anggia yang merupakan peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI kepada Antara, Jakarta, Selasa (1/9/2020).
Varian virus yang sudah bermutasi itu ditemukan sejak Februari 2020 di Eropa dan juga sudah ditemukan di Amerika, Brazil, Singapura, Malaysia dan Indonesia.
Anggia menuturkan apabila diasumsikan virus menjadi lebih infeksius dengan adanya mutasi D614G tersebut, maka penyebarannya bisa menjadi lebih cepat dan bisa menular ke lebih banyak orang dibanding yang tidak ada mutasi tersebut.
Baca Juga: 10 Kali Lebih Menular, Satgas Awasi Mutasi D614G Virus Corona di Indonesia
Mutasi adalah salah satu cara virus bertahan hidup. Mutasi awalnya terjadi karena kesalahan proses replikasi materi genetik virus, namun apabila mutasi tersebut menguntungkan, bisa jadi mutasi tersebut akan dipertahankan oleh virus. Misalnya, apabila dengan mutasi tertentu maka virus akan lebih mudah menular.
Anggia mengatakan ada beragam kemungkinan hasil mutasi terhadap karakteristik virus tersebut. Virus bisa menjadi lebih mudah menular, menjadi lebih berbahaya, atau sebaliknya melemah.
"Jadi efeknya ke manusia bisa berbeda dari strain yang sebelumnya dan saat ini pengetahuan kita masih minim terhadap efek mutasi D614G pada populasi manusia," ujar Anggia.