Ilmuwan Pertanyakan dari Mana Asal Air di Bumi

Senin, 31 Agustus 2020 | 11:30 WIB
Ilmuwan Pertanyakan dari Mana Asal Air di Bumi
Penampakan air di Bumi. [NASA/Unsplash]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Air menutupi 70 persen permukaan Bumi dan merupakan elemen yang sangat penting bagi kehidupan. Namun, bagaimana air bisa muncul di Bumi telah menjadi perdebatan ilmiah yang sudah berlangsung lama di antara para ilmuwan.

Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasi di Science, tim ilmuwan dari Perancis menyebut bahwa Bumi telah basah sejak awal terbentuk.

Temuan tersebut bertentangan dengan teori umum yang mengatakan bahwa air dibawa ke Bumi yang awalnya kering oleh komet atau asteroid yang jatuh.

Menurut model awal tentang bagaimana tata surya terbentuk, cakram besar gas dan debu yang berputar, mengelilingi Matahari dan akhirnya membentuk planet bagian dalam yang terlalu panas untuk menopang es.

Baca Juga: Perhatikan! Virus Corona pada Anak-Anak Bisa Bertahan Hingga Tiga Minggu

Ilustrasi Kutub Selatan. [Shutterstock]
Ilustrasi Kutub Selatan. [Shutterstock]

Ini akan menjelaskan kondisi tandus di Merkurius, Venus, dan Mars, tetapi bukan di Bumi dengan lautannya yang luas, atmosfer yang lembab, dan geologi yang terhidrasi dengan baik.

Oleh karena itu, para ilmuwan berteori bahwa air muncul setelahnya dan dugaan utamanya adalah meteorit yang dikenal sebagai kondrit berkarbon yang kaya akan mineral hidro. Namun, masalahnya adalah komposisi kimianya tidak cocok dengan bantuan Bumi.

Kondrit berkarbon juga terbentuk di luar tata surya, sehingga kecil kemungkinannya batuan itu bisa jatuh di Bumi awal.

Kelompok meteorit lain, yang disebut kondrit enstatit adalah pasangan kimia yang lebih dekat dengan batuan tersebut dan mengandung isotop jenis oksigen, titanium, dan kalsium serupa. Ini menunjukkan bahwa susunan itu adalah blok bangunan Bumi dan planet dalam lainnya.

Namun, karena batuan ini terbentuk di dekat Matahari, batuan tersebut dianggap terlalu kering untuk menjadi sumber air di Bumi.

Baca Juga: Botol Air Minum Kaca Hasil Daur Ulang Jadi Tren di Jerman

Untuk mengujinya, ahli kosmokimia Laurette Piani dan timnya di Centre de Recherches Petrographiques et Geochimiques, Perancis, menggunakan teknik yang disebut spektrometri massa untuk mengukur kandungan hidrogen dalam 13 kondrit enstatit.

Batuan itu sekarang cukup langka, hanya menyusun sekitar dua persen dari meteorit yang diketahui dan sulit untuk menemukannya dalam kondisi murni dan tidak tercemar.

Tim ahli menemukan bahwa batuan mengandung cukup hidrogen di dalamnya untuk bisa memberi Bumi setidaknya tiga kali massa air samudera dan mungkin lebih.

Para ilmuwan juga mengukur dua isotop hidrogen karena proporsi relatifnya sangat berbeda dari satu benda langit ke benda langit lainnya.

"Kami menemukan komposisi isotop hidrogen kondrit enstatit serupa dengan salah satu air yang disimpan di mantel Bumi," kata Piani, seperti dikutip Science Alert, Senin (31/8/2020).

Ilustrasi laut. (Pexels/Blaque X)
Ilustrasi laut. (Pexels/Blaque X)

Komposisi isotop samudera ditemukan konsisten dengan campuran yang mengandung 95 persen air dari kondrit enstatit, menunjukkan lebih banyak bukti bahwa ini yang bertanggung jawab atas sebagian besar air Bumi.

Para penulis penelitian selanjutnya menemukan bahwa isotop nitrogen dari kondrit enstatit mirip dengan Bumi dan mengusulkan batuan ini juga bisa menjadi sumber komponen atmosfer Bumi yang paling melimpah.

Piani menambahkan bahwa penelitian tidak mengecualikan penambahan air di kemudian hari oleh sumber lain, seperti komet, tetapi menunjukkan bahwa kondrit enstatit berkontribusi secara signifikan terhadap munculnya air Bumi pada saat terbentuk.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI