Suara.com - Perusahaan induk TikTok, ByteDance, saat ini berpacu dengan waktu menemukan pembeli asal Amerika Serikat untuk mengoperasionalkan TikTok di Negeri Paman Sam.
Seperti yang sudah diketahui, Presiden AS Donald Trump telah memberikan ultimatum kepada ByteDance bahwa agar TikTok bisa beroperasi di AS, pihaknya menjual aplikasi tersebut kepada perusahaan asal AS sebelum 15 September 2020.
Jika hingga batas waktu yang ditentukan belum terjadi kesepakatan, aplikasi video tersebut dipastikan akan diblokir.
Saat ini, Microsoft menjadi perusahaan yang diunggulkan untuk mengakuisisi TikTok. Meski begitu, ByteDance menyadari akan selalu ada kemungkinan yang berujung pada kegagalan kesepakatan.
Baca Juga: China Ancam Boikot Produk Apple jika AS Ngotot Larang Aplikasi WeChat
Oleh karena itu, ByteDance tidak ingin mengambil risiko dan dilaporkan sedang menyusun rencana darurat jika itu terjadi dan TikTok benar-benar diblokit di AS.
Dilansir laman Ubergizmo, Minggu (30/8/2020), ByteDance telah menyebar memo yang isinya meminta insinyur TikTok untuk menyusun rencana kontinjensi (contigency plan).
Mereka juga meminta agar karyawan yang bekerja di TikTok AS diberi kompensasi jika terjadi penutupan. Untuk saat ini, perusahaan telah menghentikan perekrutan karyawan baru di AS karena ketidakpastian mengenai masa depan operasional perusahaan di AS.
Memang benar, ByteDance akan lebih senang untuk terus menjalankan TikTok, tetapi akan lebih bijaksana bagi perusahaan untuk memiliki rencana cadangan jika kesepakatan gagal.
Pasalnya, kesepakatan untuk pengakuisisian TikTok juga perlu disetujui oleh pemerintah AS dan China. Padahal, kedua negara tengah 'berperang' di industri perdagangan.
Baca Juga: Walmart Gandeng Microsoft untuk Beli Tiktok