Suara.com - Para ilmuwan telah menemukan palung bawah air yang dalam di Antartika, sebagai titik leleh tercepat. Hal ini dapat menyebabkan malapetaka bagi salah satu lapisan es yang rentan di benua itu.
Terletak ratusan kaki di bawah Shirase Glacier (Gletser Shirase) di Antartika Timur, palung ini tampaknya menyalurkan air laut hangat langsung ke dasar lapisan es gletser, yang dikenal sebagai Shirase Glacier Tongue (Lidah Gletser Shirase).
Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature Communications pada Senin (24/8/2020), saluran air hangat ini menyebabkan Shirase Glacier Tongue meleleh dari bawah ke atas dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.
Shirase Glacier Tongue kehilangan 7 hingga 16 meter es per tahun, berpotensi menjadikannya wilayah yang meleleh tercepat di Antartika Timur.
Baca Juga: Lapisan Es Greenland Cair dalam Skala Belum Pernah Terjadi Sebelumnya
"Ini sama dengan atau mungkin melampaui laju leleh di bawah Totten Ice Shelf, yang diperkirakan mengalami laju leleh tertinggi di Antartika Timur, dengan kecepatan 10 hingga 11 meter per tahun," kata Daisuke Hirano, penulis penelitian dan asisten profesor di Institute of Low Temperature Science, Hokkaido University, Jepang, seperti dikutip Live Science, Jumat (28/8/2020).
Gletser Shirase adalah bagian dari lapisan es Antartike, reservoir beku luas yang berisi lebih dari 60 persen air tawar dunia.
Perubahan iklim menyebabkan lapisan es mencair dengan kecepatan yang semakin cepat, mencair enam kali lebih cepat saat ini daripada 1992 dan menuangkan lebih dari 500 miliar ton air ke laut setiap tahun.
Jika seluruh lapisan es mencair, itu bisa menaikkan permukaan laut global hingga 60 meter. Bahkan, kenaikan setinggi 60 sentimeter bisa membuat ratusan juta orang berisiko kehilangan tempat tinggal atau nyawa akibat banjir.
Namun, tingkat pencairan di banyak wilayah Antartika masih belum dipelajari dengan baik, karena es laut yang tebal dapat menghambat kapal penelitian untuk mendekat dan melakukan pengamatan.
Baca Juga: Astronom Sebut Badai Dahsyat Pernah Terjadi di Planet Mars
Pada awal 2017, para ilmuwan di atas kapal penelitian Jepang berlayar cukup dekat ke Shirase Glacier Tongue untuk menganalisis 31 titik berbeda di sekitar lapisan es, mengukur suhu, salinitas, dan tingkat oksigen air di sekitarnya.
Dari variabel-variabel tersebut, tim ahli memperkirakan berapa banyak air tawar yang meleleh bercampur dengan air laut yang asin dan di mana arus terhangat mengalir. Pengukuran radar membantu para ilmuwan memetakan geografi bawah laut daerah tersebut dengan lebih baik.
Studi itu mengungkap bahwa sebuah "titik panas atipikal" dari air laut hangat yang mengalir di sepanjang palung yang sebelumnya tidak diketahui.
Air hangat itu bertabrakan dengan tepi gletser dan memantul ke atas, menabrak bagian bawah lidah es sebelum kembali ke laut, membawa banyak es yang mencair bersamanya.
Para ilmuwan mengatakan bahwa memahami bagaimana arus laut berinteraksi dengan bagian lapisan es Antartika adalah bagian penting untuk memprediksi seberapa cepat benua itu bisa "menyerah" pada perubahan iklim.