Suara.com - Para ilmuwan yang sedang mencari ikan di Sardinia, menemukan seekor hiu berjenis catshark. Uniknya, ikan ini tampaknya tidak memiliki kulit.
Penemuan pertama kalinya ini membuat para ilmuwan terkejut dan melakukan investigasi terhadap anatomi hewan. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Fish Biology ini, mengungkapkan bahwa ikan tersebut tidak memiliki struktur yang terkait dengan kulit elasmobranch, subkelas Chondrichthyes atau ikan bertulang rawan, termasuk hiu.
Jenis ini diyakini sebagai satu-satunya hiu seperti itu yang ditemukan berenang bebas di laut.
Bagi hiu elasmobranch, kulit berperan penting sebagai bahan kimia dan pertahanan mekanis. Ini mengeluarkan lendir yang dianggap sebagai garis pertama dari sistem kekebalannya.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Mikroplastik dan Serat Sintetis di Perut Hiu Dasar Laut
Lendir pada kulit ini dapat mencegah mikroba membentuk koloni di permukaannya karena mengandung protein antibakteri. Kulit bagi hiu juga merupakan penghalang mekanis yang kuat terhadap predator dan ektoparasit tertentu.
Sayangnya, untuk ikan yang disebut blackmouth catshark (Galeus melastomus) ini, alat pelindung tersebut sama sekali tidak ada.
Pasalnya, dalam pemeriksaan "kulitnya" mengungkapkan bahwa ikan itu mengalami kekurangan yang parah dari semua struktur yang berhubungan dengan kulit, seperti epidermis, bagian dari dermis, dentikel dermal, dan gigi.
Ikan tersebut ditangkap dengan pukat pada Juli 2019 di kedalaman 500 meter di perairan Sardinia. Mengingat pentingnya kulit bagi kelangsungan hidup hiu, para ilmuwan melaporkan bahwa kondisi tersebut berpotensi fatal.
Menariknya, para ahli menemukan hiu itu berkembang dengan baik dan tampaknya dalam keadaan sehat.
Baca Juga: Aksi Antimainstream, Pria Ini Olah Buaya hingga Ikan Hiu Jadi Hidangan
Dilansir dari IFL Science, Jumat (28/8/2020), alasan mengapa hiu ini tidak memiliki gigi pun berkaitan dengan ulah manusia.
Para ilmuwan menyebut, kemungkinan paparan jangka panjang ke situs yang terkontaminasi bahan kimia bisa menjadi penyebabnya, serta pemanasan laut atau pengasaman karena perubahan iklim. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan itu juga dapat terjadi karena kesalahan alami selama perkembangan embrio hewan.
Kondisi lingkungan yang selalu berubah, para ilmuwan mendesak agar memahami kelainan semacam itu adalah langkah penting dalam melindungi hewan laut.