Suara.com - Tim ilmuwan yang dipimpin oleh David Armstrong di University of Warwick, Inggris, menemukan cara memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk membantu para astronom meringankan tugas dari menyaring data, dari teleskop NASA yang memburu planet.
Teleskop seperti Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS), NASA mencari tanda penurunan kecerahan yang menunjukkan sesuatu sedang melewati bintang. Terkadang tanda itu bisa menjadi planet, asteroid, debu, atau bahkan hanya kesalahan mendeteksi.
Tim ilmuwan membuat algoritme pembelajaran mesin dan melatihnya menggunakan data di planet yang dikonfirmasi dan positif palsu dari misi kepler NASA. Kemudian tim ahli melepaskannya untuk menganalisis sekelompok kandidat planet yang belum dikonfirmasi, juga data dari kepler. Hasil pertama, sistem AI berhasil mengonfirmasi 50 planet dari kumpulan tersebut.
"Algoritma yang kami kembangkan memungkinkan kami membawa 50 kandidat melintasi ambang untuk validasi planet," kata Armstrong, seperti dikutip Cnet, Kamis (27/8/2020).
Baca Juga: FBI Tangkap Ilmuwan NASA karena Dituduh Afiliasi China
Memvalidasi planet dapat membantu ilmuwan mengarahkan sumber dayanya ke tempat-tempat menarik di luar angkasa tanpa membuang-buang waktu mengamati planet "palsu".
Kemampuan untuk mengonfirmasi planet menggunakan metode ini adalah satu langkah maju. Ilmuwan telah menggunakan pembelajaran mesin untuk menentukan peringkat kandidat.
"Daripada mengatakan kandidat mana yang lebih mungkin menjadi planet, kami sekarang dapat mengatakan kemungkinan statistik yang tepat. Di mana terdapat kurang dari 1 persen kemungkinan kandidat menjadi positif palsu, itu dianggap sebagai planet yang divalidasi," tambah Armstrong.
Teknik ini menjanjikan untuk memilah-milah sejumlah besar data yang dihasilkan oleh proyek-proyek, seperti misi PLATO yang direncanakan TESS dan Badan Antariksa Eropa (ESA). Misi utama TESS sendiri menemukan 66 eksoplanet baru dan 2.100 kandidat.
Meski begitu, menurut Armstrong, para ahli masih harus melaih algoritme. Tetapi setelahnya, itu akan jauh lebih mudah untuk menerapkannya ke kandidat planet di masa mendatang.
Baca Juga: NASA Tunjukkan Seperti Apa Rasanya Pergi dengan Kecepatan Cahaya