Vaksin Covid-19 Terbuat dari Janin yang Diaborsi, Gereja Australia Menolak

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 26 Agustus 2020 | 07:15 WIB
Vaksin Covid-19 Terbuat dari Janin yang Diaborsi, Gereja Australia Menolak
Ilustrasi vaksin Covid-19. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tiga orang uskup senior Australia, pada pekan lalu menyatakan bahwa vaksin Covid-19 buatan Universitas Oxford, Inggris dan perusahaan farmasi AstraZeneca yang telah dipesan oleh pemerintah Australia memiliki masalah etis karena terbuat dari sel-sel janin yang sengaja digugurkan.

Pemerintah Australia sendiri pada Senin (24/8/2020) mengatakan bahwa komunitas keagamaan tak perlu risau, karena tak ada masalah etis terkait vaksin yang sudah dipesan sebanyak 25 juta dosis itu.

Memang vaksin Covid-19 AstraZeneca itu, yang saat ini merupakan kandidat paling siap untuk diproduksi dan jadi rebutan banyak negara, dikembangkan dengan menggunakan sel-sel ginjal janin yang sengaja digugurkan. Praktik ini sudah biasa dalam dunia medis.

Perdana Menteri Scott Morrison, pada Selasa (18/8/2020), telah secara resmi memesan 25 juta dosis vaksin Covid-19 ke AstraZeneca. Rencananya vaksin-vaksin itu akan diberikan secara gratis kepada rakyat Australia.

Dilema etis

Pada Kamis (20/8/2020), Uskup Agung Gereja Anglikan, Glenn Davies; Uskup Agung Sidney (Katolik), Anthony Fisher; dan pemimpin Gereja Ortodoks Yunani Australia, Uskup Makarios Griniezakis menyatakan keberatan mereka terkait vaksin Covid-19 dalam sebuah surat kepada Morrison.

Para uskup itu mengatakan bahwa mereka mendukung adanya vaksin Covid-19, tetapi penggunaan "sel-sel janin sesungguhnya adalah sesuatu yang sangat tidak bermoral."

Meski tidak mengajak umat mereka masing-masing untuk memboikot vaksin AstraZeneca tersebut, para uskup itu mengatakan bahwa umat berhak untuk menolak menggunakan vaksin tersebut, bahkan jika mereka tak punya pilihan lain.

Uskup Fisher bahkan menulis di akun Facebook-nya soal masalah tersebut dan menyatakan bahwa vaksin Covid-19 dari Oxford itu menimbulkan apa yang disebutnya sebagai dilema etis.

Baca Juga: Masih Uji Klinis, Vaksin Covid-19 AstraZeneca Sudah Dipesan Australia

Praktik biasa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI