Suara.com - Spekulasi menyebut bahwa Kim Jong Un koma telah beredar kembali, setelah seorang diplomat Korea Selatan bernama Chang Song Min mengklaim, pemimpin Korea Utara itu dalam keadaan koma.
Chang dikenal sebagai mantan ajudan mendiang presiden Korea Selatan Kim Dae Jung. Perkataannya tersebut tidak memberikan bukti apapun untuk mendukung klaim komanya Kim Jong Un.
Dalam sebuah unggahan Facebook minggu lalu, Chang mengklaim Kim telah koma sejak awal April dan semua penampilan publiknya telah dipalsukan oleh media pemerintah.
"Struktur suksesi lengkap belum terbentuk, jadi Kim Yo Jong dikedepankan karena kekosongan tidak dapat dipertahankan untuk waktu yang lama," tulis Chang, seperti dikutip Mirror, Selasa (25/8/2020).
Baca Juga: Kedubes Rusia Bantah Anjing Peliharaan Jadi Makanan di Korea Utara
Sebuah situs berita Korea Selatan, Shinmoongo, mengecam klaim Chang dan menyebutnya tidak masuk akal. Agen mata-mata Korea Selatan sebelumnya juga tidak membenarkan klaim tersebut. Di sisi lain, mantan jurnalis BBC Roy Calley, tampak setuju dengan klaim Chang dan mengatakan bahwa diktator itu mungkin sudah meninggal dunia.
Calley yang pernah mengunjungi Korea Utara dan menulis buku tentang negara itu mengatakan kepada Express bahwa ia yakin Kim sudah meninggal dan saudara perempuannya akan ditunjuk sebagai pemimpin baru Pyongyang.
"Sejujurnya saya percaya dia sudah meninggal dunia, tetapi Anda tidak bisa mengatakannya dengan negara itu. Fakta bahwa ada begitu banyak informasi atau misinformasi yang dirilis menunjukkan ada sesuatu yang terjadi," ucap Calley.
Media pemerintah Korea Utara tidak memberikan indikasi ada yang salah dengan pemimpin negaranya. Korea Utara sendiri telah meluncurkan situs web anti-merokok baru, meskipun Kim yang dikatakan sebagai perkokok berat, belum menghentikan kebiasaan merokoknya.
Media pemerintah menunjukkan, Kim berpidato di KTT partai yang berkuasa minggu lalu ketika dia mengakui rencananya untuk meningkakan ekonomi negara itu gagal.
Baca Juga: Kim Jong-un Perintahkan untuk Serahkan Anjing, Warga Khawatir jadi Santapan
Spekulasi terbaru tentang kesehatan Kim muncul setelah dia dilaporkan telah mendelegasikan lebih banyak tanggung jawab kepada para ajudannya, termasuk saudara perempuannya Kim Yo Jong, yang disebut sebagai orang kedua secara de facto.
Klaim Kim dalam keadaan koma, mati, atau bersembunyi dari pandemi virus Corona (Covid-19) juga muncul pada April dan Mei ketika Kim menghilang dari pandangan publik selama tiga minggu. Kim sering menghilang berminggu-minggu tanpa tampil di depan publik, tetapi ketidakhadirannya baru-baru ini memicu desas-desus bahwa ia dalam kondisi kesehatan yang buruk.
Beberapa hari yang lalu, Badan Intelijen Nasional (NIS) Seoul mengumumkan, Kim akan tetap menggunakan kekuasaan absolut, tetapi secara bertahap ia akan mengalihkan kewenangannya kepada Kim Yo Jong "untuk meredakan stres". Kim Yo Jong sekarang mengatur urusan negara secara keseluruhan.
Seorang pengamat Korea Utara mengatakan itu seharusnya tidak dianggap sebagai tanda bahwa Kim dalam kondisi yang buruk atau kehilangan cengkramannya pada kekuasaan.
Peneliti independen tentang politik Korea Utara Martin Weiser juga menyebut bahwa ia tidak melihat adanya perbedaan mendasar dalam cara pengambilan keputusan di Korea Utara.
Pemimpin Korea Utara yang kini berusia sekitar 36 tahun itu hanya terlihat beberapa kali tahun ini dan hal tersebut memicu spekulasi bahwa dia bisa saja meninggal dunia. Operasi jantung yang "gagal" untuk memasang stent dianggap telah membuatnya sakit parah atau bahkan membunuhnya.
Namun, rumor kematian itu disangkal ketika Kim terlihat di upacara pembukaan pabrik pupuk di Suchon, sekitar 30 mil sebelah utara Pyingyang. Tetapi jika Kim tidak lagi dalam posisi untuk memimpin negara tersebut, itu bisa berarti bencana bagi rakyatnya.
Menariknya, bertepatan dengan kehebohan berita komanya pemimpin Korea Uatara itu, sebuah situs web anti-merokok diluncurkan. Situs itu disebut Anti-merokok 1.0 dalam jaringan internet domestik. Ini hanya dapat diakses di dalam negara dan memberikan informasi berbasis sains untuk membantu warga Korea Utara berhenti merokok.
Pyongyang telah menindak para perokok dalam beberapa tahun terakhir, meskipun Kim belum berhenti merokok. Diktator itu sering digambarkan dengan sebatang rokok di tangannya.