Ia mengatakan, meski orang-orang di Djibouti tidak pernah menganggap sengi "hilang", penelitian baru ini mengembalikan sengi Somalia ke komunitas ilmiah, suatu kontribusi yang sangat dihargai.
"Bagi Djibouti, ini adalah kisah penting yang menyoroti keanekaragaman hayati yang luar biasa di negara dan wilayah tersebut dan menunjukkan bahwa ada peluang untuk ilmu pengetahuan dan penelitian baru di sini," ujarnya.
Umpan selai kacang
Tim ekspedisi memasang lebih dari 1.000 perangkap di 12 lokasi, memasang umpan berupa campuran selai kacang, oatmeal, dan ragi. Mereka menangkap satu hewan itu dalam perangkap pertama yang mereka pasang di lanskap kering berbatu di Djibouti.
Secara total, mereka melihat 12 sengi selama ekspedisi mereka dan untuk pertama kalinya mendapatkan foto dan video celurut gajah Somalia yang masih hidup untuk dokumentasi ilmiah.
Baca Juga: Gara-gara Tikus sebuah Showroom Mobil Kebakaran, Kerugian Capai Rp 140 M
Mereka tidak melihat adanya ancaman langsung terhadap habitat spesies tersebut, yang tidak dapat diakses dan jauh dari pertanian dan pembangunan manusia.
Kelimpahan spesies ini tampaknya serupa dengan tikus gajah lainnya dan jangkauannya dapat melampaui Somalia hingga Djibouti dan mungkin Ethiopia.
Sengi Somalia adalah salah satu dari 25 "spesies hilang yang paling dicari" menurut badan amal, Konservasi Margasatwa Global.
"Biasanya ketika kami menemukan kembali spesies yang hilang, kami hanya menemukan satu atau dua individu dan harus bertindak cepat untuk berusaha mencegah kepunahan yang akan segera terjadi," kata Robin Moore.
"Ini adalah penemuan kembali yang melegakan di masa yang kacau bagi planet kita, dan yang memberi kita harapan baru untuk spesies mamalia kecil lain dalam daftar paling dicari, seperti mondok emas DeWinton, spesies yang masih berkerabat dengan sengi, dan tikus awan Pulau Ilin. "
Baca Juga: Kisah Penyelamat Gajah di Kuil India: Penyiksa Teteskan Air Mata Buaya
Teka-teki baru
Analisis DNA menunjukkan bahwa sengi Somalia berkerabat paling dekat dengan spesies lain di Maroko dan Afrika Selatan, sehingga ia ditempatkan dalam genus baru.