Tim ahli menilai keadaan medan magnet saat ini menggunakan data dari setelit SWARM milik Badan Antariksa Eropa (ESA). Para ilmuwan menggabungkan data yang diurutkan dengan model dinamika inti untuk meramalkan variasi sekuler geomagnetik (perubahan cepat dalam medan magnet) di masa depan.
"Kami sangat beruntung memiliki satelit Swarm di orbit untuk menyelidiki perkembangan SAA. Tantangannya sekarang adalah untuk memahami proses di inti Bumi yang mendorong perubahan ini," kata Jürgen Matzka dari Pusat Riset Jerman untuk Geosains.
Model geodinamo memiliki keunikan dalam kemampuannya menggunakan fisika inti untuk membuat prakiraan di masa depan.
"Ini mirip dengan bagaimana ramalan cuaca dibuat, tetapi kami bekerja dengan skala waktu yang lebih lama. Inilah perbedaan mendasar antara apa yang kami lakukan di Goddard dan sebagian besar kelompok penelitian lain yang memodelkan perubahan di medan magnet Bumi," kata Andrew Tangborn, ahli matematika di Planetary Geodynamics Laboratory Goddard, seperti dikutip laman resmi NASA.
Baca Juga: Senin Dini Hari, Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Pangandaran
SAA yang berubah memberi para ilmuwan peluang baru untuk memahami inti Bumi dan bagaimana dinamikanya memengaruhi aspek lain dari sistem Bumi. Dengan melacak "penyok" yang berkembang perlahan di medan magnet, para ilmuwan dapat lebih memahami cara Bumi berubah dan membantu mempersiapkan masa depan yang lebih aman bagi satelit.