Suara.com - Masyarakat dunia kembali bisa melihat wujud nyata mamalia kecil tikus gajah yang langka. Pasalnya, para ilmuwan kembali menemukan spesies tikus gajah yang disebut Somali sengi (Elephantulus revoilii) setelah menghilang selama 50 tahun. Hewan seukuran telapak tangan itu kembali terlihat di Djibouti, negara yang terletak di Afrika Timur.
Somali sengi tidak terlihat sejak tahun 1973. Segala sesuatu yang diketahui tentang mamalia mini itu berasal dari 39 spesimen individu yang dikumpulkan puluhan tahun dan berabad-abad lalu, yang sekarang disimpan di museum, menurut pernyataan dari Global Wildlife Conservation.
Pada tahun 2019, sekelompok ilmuwan dari Amerika Serikat dan Djibouti berangkat untuk mencari spesies tersebut setelah menerima petunjuk bahwa makhluk itu mungkin bersembunyi di Djibouti, meskipun hewan tersebut sebelumnya hanya ditemukan di Somalia.
"Bagi kami yang tinggal di Djibouti, kami tidak pernah menganggap hewan ini 'hilang', tetapi penelitian baru ini membawa kembali Somali sengi ke dalam komunitas ilmiah yang kai hargai," kata Houssein Rayaeh, ahli ekologi penelitian dan konservasionis dengan organisasi nirlaba Association Djibouti Nature, seperti dikutip Live Science pada Sabtu (22/8/2020).
Baca Juga: Ratusan Gajah Mati Massal di Afrika, Misterinya Mulai Terungkap
Dengan menggunakan informasi dari wawancara, analisis tumpukan kotoran di lokasi kandidat dan penilaian medan serta potensi perlindungan, para ahli memasang 1.259 perangkap di 12 lokasi berbeda di seluruh area berbatu.
Tim ahli memancing hewan itu ke perangkap dengan meletakkan selai kacang, oatmeal, dan ragi. Para ilmuwan kemudian berhasil menangkap salah satu mamalia tersebut dalam perangkap pertama yang dipasang.
Secara total, para ilmuwan menemukan 12 Somali sengi yang dapat dibedakan dari spesies serupa dengan jumbai rambut di ekornya. "Bagi Djibouti, ini adalah kejadian penting yang menyoroti keanekaragaman hayati yang luar biasa dari negara dan wilayah tersebut dan menunjukkan bahwa ada peluang untuk ilmu pengetahuan dan penelitian baru di sini," tambah Rayaleh.
Para ilmuwan menemukan semua Somali sengi di permukaan berbatu, daerah yang biasanya tidak ramah bagi aktivitas manusia. Dengan kata lain, kemungkinan makhluk kecil itu tidak mungkin mengalami perusakan habitat oleh manusia.
Melihat penemuan ini, para ilmuwan menyarankan agar Daftar Merah Spesies Terancam dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengubah status "kekurangan data" Somalia sengi saat ini menjadi "paling tidak memprihatinkan".
Baca Juga: Fakta Tikus Pithi, di Balik Penjahit dan Pak RW Penantang Gibran di Solo
Para ahli menyebut bahwa mereka harus bertindak cepat untuk mencegah kepunahan yang akan segera terjadi. Penemuan ini sendiri telah dipublikasikan di jurnal PeerJ pada 18 Agustus.