Terancam Punah, Ilmuwan Panen 10 Telur Badak Putih Utara Terakhir

Jum'at, 21 Agustus 2020 | 16:43 WIB
Terancam Punah, Ilmuwan Panen 10 Telur Badak Putih Utara Terakhir
Badak putih utara. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badak putih utara atau Ceratotherium simum cottoni merupakan salah satu dari dua subspesies badak putih yang berstatus kritis. Sejak 19 Maret 2018, tercatat hanya ada dua badak yang diketahui dari subspesies ini. Mereka adalah Najin dan Fatu, keduanya betina.

Menurut penilaian International Union for Conservation of Nature (IUCN) terbaru dari 2020, subspesies ini dianggap sangat terancam punah.

Kedua badak itu kini tinggal di Ol Pejeta Conservancy, Kenya. Dalam upaya menyelamatkan spesies ini, para ilmuwan berhasil memanen sepuluh telur dari dua badak putih utara yang tersisa.

Sepuluh telur (delapan dari Fatu dan dua dari Najin) akan dibuahi dengan sperma yang sebelumnya diambil dari badak banteng dan embrio akan ditanamkan ke badak putih selatan. Masa  bunting diperkirakan 16 hingga 18 bulan.

Baca Juga: Tragis.. Penelitian Terbaru Ungkap Penyebab Badak Berbulu Menuju Kepunahan

Embrio badak putih utara. [Twitter]
Embrio badak putih utara. [Twitter]

Dilansir dari IFL Science pada Jumat (21/8/2020), badak itu terancam punah karena diincar tanduknya untuk berbagai pengobatan tradisional dan mengalami penurunan populasi yang pesat selama 50 tahun terakhir.

Ol Pejeta Conservancy telah bekerja melindungi badak putih utara terakhir dari perburuan, dibantu relawan dan pariwisata untuk memelihara hewan yang terancam punah.

Terlepas dari upaya ini, badak putih utara punah di alam liar. Karenanya, Fatu dan Najin sekarang bahkan dijaga sepanjang waktu oleh personel bersenjata saat para ahli melanjutkan upaya untuk meningkatkan jumlah spesies melalui reproduksi bantuan.

"Di satu sisi, kami sedih karena sekarang tinggal dua badak putih utara yang tersisa di Bumi. Ini bukti dari cara umat manusia yang boros ketika berinteraksi dengan alam. Namun, kami juga sangat bangga menjadi bagian dari pekerjaan terobosan yang sekarang sedang dilakukan untuk menyelamatkan spesies ini," kata Richard Vigne, direktur pelaksana konservasi pada 2019.

"Kami berharap ini menandakan dimulainya era di mana manusia akhirnya mulai memahami bahwa pengelolaan lingkungan yang tepat bukanlah kemewahan, tetapi kebutuhan," sambungnya.

Baca Juga: Akibat Banjir di Taman Kaziranga India, 11 Badak Langka Mati

Ini bukan kali pertama kedua badak itu menghasilkan telur untuk pembuahan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI