Cegah Penggunanya Bagikan Hoaks, Ini Cara Facebook dan Twitter

Jum'at, 21 Agustus 2020 | 15:00 WIB
Cegah Penggunanya Bagikan Hoaks, Ini Cara Facebook dan Twitter
Ilustrasi Facebook. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menjadi wadah yang bebas, media sosial seperti Facebook dan Twitter rentan menyebarkan hoaks dan teori konspirasi di masyarakat. 

Mencegah hal itu, dua media sosial ini melakukan pencegahan untuk penggunanya yang akan menyebarkan informasi hoaks, seperti video teori konspirasi Plandemi Indoctomation. 

Video yang dilarang ini merupakan kelanjutan dari video Plandemic yang dibagikan pada Mei lalu, video ini berisi hoaks dan konspirasi terkait virus corona yang meresahkan masyarakat.

Media sosial Facebook melakukan pencegahan pada pengguna yang akan mrngirimkan tautan video yang diunggah di situs eksternal.

Baca Juga: Setelah Ngaku Sakit, Polisi Bakal Periksa Hadi Pranoto Senin Depan

Dikutip dari The Verge, saat pengguna media sosial Facebook mengunggah tautan video tersebut nantinya akan ada peringatan bahwa pengguna tidak bisa membagikan video tersebut, facebook akan menjelaskan dalam peringatan tersebut bahwa pengguna melanggar Standar Komunitas Facebook.

Ilustrasi Twitter. (Unsplash/Sara Kurfeß)
Ilustrasi Twitter. (Unsplash/Sara Kurfeß)

Tak cuma Facebook, media sosial Twitter juga memberikan peringatan pada penggunanya tapi dengan cara yang berbeda.

Media sosial Twitter tidak melarang tautan video tersebit dibagikan, namun Twitter membuat pengguna yang masuk dalam tautan tersebut akan diarahkan pada halaman peringatan.

Media sosial Twitter mengatakan bahwa mereka hanya memberi peringatan pada penggunanya dan tak memblokir tautan tersebut.

Namun lebih lanjut pihak Twitter akan memeriksa video tersebut dan mungkin saja menghapus video yang berisi informasi berbahaya.

Baca Juga: Twitter Pandu Riono Diretas, Fadli Zon Curiga Pelakunya Adalah ...

Video berdurasi 26 menit tersebut merupakann dokumenter yang viral di media sosial yang berisi klaim palsu dan informasi yang salah terkait virus corona. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI