Suara.com - Beberapa mahasiswa mengaku takut menggunakan kata-kata yang salah atau tidak sopan dan dapat menimbulkan salah paham. Hal itu pun dialami seorang warganet dengan identitas yang tidak diketahui.
Warganet itu menuliskan curahan hatinya melalui akun base Twitter @collegemenfess pada 15 Agustus, dengan mengunggah gambar tangkapan layar bukti chat atau pesan WhatsApp antara dirinya dan dosen.
Warganet terlihat bertanya mengenai skripsi yang dikirimnya. Ia bermaksud untuk bertanya apakah ada yang harus direvisi dari skripsi tersebut.
Tak hanya itu, warganet itu pun bertanya kapan waktu yang tepat ia bisa bertemu dengan dosen tersebut untuk meminta tanda tangannya.
Baca Juga: Plot Twist, Penampakan Tiup Balon Bendera Indonesia Ini Bikin Nyesek
Rupanya, dosen yang bersangkutan tampaknya tidak senang dengan pesan yang dikirim mahasiswanya. Dosen tersebut tampak marah dan menyebut mahasiswanya tidak memiliki etika karena merasa diatur.
"Assalamualaikum. Maaf menganggu waktunya, bu. Izin bertanya, untuk draft skripsi yang saya kirim, apakah ada yang harus diperbaiki? Akan saya perbaiki secepatnya bu. Terima kasih," tulis mahasiswa itu memulai percakapan.
"Sudah perbaiki? Kalau sudah saya acc saja," jawab dosen tersebut.
"Sudah, bu. Saya sudah kirim skripsi yang sudah saya perbaiki ke ibu. Kira-kira kapan saya bisa menemui ibu untuk tanda tangan di lembar persetujuan ya, bu? Terima kasih?" balas mahasiswa itu lagi.
"Lho kok kamu mengatur saya. Etika kamu di mana. Baca sms yang kamu kirim. Ok bye," tulis dosen tersebut yang tampaknya menganggap pesan WhatsApp sebagai pesan SMS.
Baca Juga: Menyusui Bayinya di Depan Rumah, Ibu Ini Alami Hal Mengerikan
Mahasiswa itu pun meminta maaf kepada dosen tersebut dengan menulis, "Maaf bu, saya tidak bermaksud seperti itu."
Namun, dosen tersebut tampaknya tersinggung dengan kalimat yang dikirim mahasiswanya dan memintanya untuk tidak mengiriminya pesan lagi, "Jangan SMS saya lagi ya."
Tak ingin menyerah, mahasiswa itu kembali meminta maaf kepada dosennya.
"Maaf, bu. Saya tidak bermaksud untuk mengatur. Maaf sekali, bu. Maaf bu, saya tidak bermaksud untuk mengatur ibu," tulis mahasiswa itu.
Pesan itu diketahui dikirim pada pukul 07.17 pagi hingga pukul 09.23 pagi sehingga seharusnya tidak menganggu dosen di luar jam istirahatnya. Namun, mendapat respon seperti itu dari dosennya membuat mahasiswa tersebut merasa takut.
"Gue nangis banget. Selama ini nggak pernah diajar beliau. Kemarin beliau jadi dosen tamu di sidang gue. Dosen lain nggak ada yang respon begitu. Gue nangis banget," tulis warganet yang mengunggah isi pesan WhatsApp tersebut dalam kolom keterangan.
Unggahan warganet tersebut bahkan mendapat perhatian dan tanggapan dari seorang dosen akuntansi di Universitas Padjadjaran, yang mengutip tweet tersebut lewat akun @ErsaTriWahyuni pada 15 Agustus.
"Para mahasiswa nggak usah overthinking sampai nangis-nangis segala. Mungkin saja ibunya lagi banyak beban. Jangan dikontak dulu tiga harian. Lain kali kalau kirim revisian nggak usah nanya kapan akan disetujui, bilang saja 'mohon masukan dan review dari ibu atas revisi saya'," tulis Ersa Tri Wahyuni dalam sebuah utas.
Lewat utas tersebut, dosen yang aktif di Twitter itu memberikan tips kepada mahasiswa tata cara menghubungi dosen.
Meski begitu, rupanya banyak warganet yang mengalami kejadian serupa dengan mahasiswa tersebut dan mendapatkan perlakuan yang sama.
Unggahan yang telah dibagikan sebanyak lebih dari 8.200 kali ke sesama pengguna Twitter itu menuai beragam komentar.
"Kadang aku tuh suka bingung kalau mau chat dosen sampai bikin di note dulu terus tanya temen kira-kira itu udah sopan atau belum karena takutnya dosen itu salah pengertian pas baca chatnya kayak gini," tulis akun @thatsmemap.
"Lebih ke salah milih kata aja sih menurutku. Aku pernah dikasih tau langsung dengan dosen, 'jangan tanya kapan kesiapan beliau buat ditemuin'. Tapi itu balik lagi ke pribadi dosen masing-masing ya, dan menurutku dosen yang ini tipe yang aku sebutin barusan," komentar @smitywerbenjage.
"Alhamdulillah dosen pembimbingku dulu sangat sangat super duper baik," tambah @nisaramsyana.
"Perasaan udah sopan huhu. Sekalipun ada salah kata menurutku tetep salah kalau respon dosennya sebegitunya. Mahasiswa kuliah selain butuh ilmu juga butuh dibimbing bagaimana yang benar dan yang salah. Semangat mbak, semoga segera terlewati. I know how you feel," ungkap @luthfiyahputry.
"Cuma di Indonesia dosen gaya eksklusifitasnya tinggi, di LN semua nganggap kayak teman. Apalagi ketika gue S2 di Swedia manggil profesor ngajak ngopi udah biasa untuk bahas penelitian," cuit @orangbiasa_id.