Meski begitu, peristiwa peredupan baru kali ini juga perlu diselidiki. Meskipun peredupannya tidak sedramatis Great Fainting, peristiwa ini tidak konsisten dengan siklus variabilitas bintang.
Puncak kecerahan Betelgeuse berikutnya akan terjadi pada Agustus dan September 2020. Oleh karena itu, seharusnya Betelgeuse mengalami tingkat kecerahan secara bertahap sepanjang tahun.
Kecerahan bintang sebenarnya agak sulit dilacak karena posisi Betelgeuse di langit bergerak di belakang Matahari dari Mei hingga awal Agustus.
Namun, Solar and Terrestrial Relations Observatory (STEREO) NASA berada di orbit Matahari yang berada di belakang Bumi. Dengan kata lain, wahana antariksa itu bisa mengawasi Betelgeuse untuk sementara waktu. Sejak Mei hingga Juli, ketika STEREO mengamatinya, bintang itu tidak bersinar lagi.
Baca Juga: Awas Bahaya, NASA Selidiki Wilayah Misterius di Medan Magnet Bumi
"Anehnya, alih-alih terus meningkatkan atau meratakan kecerahan, Betelgeuse telah menurun ~ 0,5 mag dari pertengahan Mei hingga pertengahan Juli," tulis Andrea Dupree dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics dalam Astronomer's Telegram.
![Logo NASA. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/07/01/79345-logo-nasa.jpg)
Kabar baiknya, Betelgeuse sekali lagi terlihat di langit Bumi sehingga lebih banyak pengamatan yang dapat dilakukan.
Menurut siklus 425 hari, siklus ketika cahaya Betelgeuse berfluktuasi, Betelgeuse diprediksi akan redup kembali pada April 2021.
Tapi selain siklus yang diketahui, bintang ini bisa sangat tidak terduga dan memiliki variasi cahaya yang kompleks yang tidak bisa dimengerti dengan baik.
Di sisi lain, peredupan dini ini dapat membantu manusia memahami proses yang terjadi di akhir kehidupan bintang masif di tahun-tahun sekaratnya. Menurut para ilmuwan, sangat penting untuk terus memantau Betelgeuse hingga 2021.
Baca Juga: Wow, Ada Detak Misterius Terdeteksi dari Awan Gas Kosmik