Suara.com - Gempa Bengkulu yang terjadi pada Rabu pagi (19/8/2020) terjadi akibat adanya pemicuan statis, demikian dikatakan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono.
"Pemicuan bersifat statis dapat terjadi pada peristiwa dua atau lebih gempa yang sangat berdekatan sumbernya dalam waktu yang berdekatan," kata Daryono dalam keterangannya yang diterima di Jakarta.
Sebagai contoh terjadinya aktivitas gempa baru di dekat sumber gempa yang terjadi sebelumnya. Fenomena ini diduga akibat adanya pemicuan gempa yang bersifat statis (static stress transfer) dari gempa yang sudah terjadi sebelumnya.
Transfer tegangan statis ini berkurang secara cepat terhadap jarak, sehingga gempa kembar biasanya lokasinya berdekatan. Gempa kembar (doublet earthquake) adalah peristiwa gempa bumi yang kekuatannya hampir sama dan terjadi dalam waktu dan lokasi yang relatif berdekatan.
Baca Juga: Gempa Bengkulu Pagi Tadi Picu Tsunami, Energinya Lampaui Bom Atom Hiroshima
Sebelumnya pada pukul 05.23.56 WIB dan pukul 05.29.35 WIB wilayah Bengkulu diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa pertama memiliki parameter awal dengan magnitudo 6.9 yang kemudian diperbarui menjadi 6,6 dengan episenter terletak pada koordinat 4.44 LS dan 100.97 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 160 km arah Barat Daya Bengkulu, Provinsi Bengkulu, pada kedalaman 24 km.
Gempa kedua memiliki parameter awal dengan magnitudo 6,8 yang kemudian diupdate menjadi 6,7 dengan episenter gempa bumi terletak pada koordinat 3.98 LS dan 101.22 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 117 km arah Barat Daya Bengkulu, Provinsi Bengkulu, pada kedalaman 86 km.
Di Indonesia pernah terjadi gempa kembar beberapa kali, yaitu Gempa Bengkulu pada 12 September 2007 dan 13 September 2007 bermagnitudo 8,4 dan 7,8.
Gempa yang terasa di Bengkulu dan Mentawai terjadi akibat pecahnya segmen Enggano yang menjalar dari utara Enggano sampai ujung Siberut. Gempa ini menelan korban jiwa 25 orang dan 92 orang luka-luka.
Kemudian gempa Papua pada 3 Januari 2009 dengan kekuatan 7,6 dan 7,4. Gempa ini menyebabkan empat orang meninggal dunia dan belasan orang menderita luka-luka.
Baca Juga: Jika Tidak Kembar, Gempa Bengkulu Bisa Picu Kerusakan Dasyat
Selanjutnya gempa Samudra Hindia sebelah barat Aceh pada 11 April 2012. Gempa pertama terjadi dengan kekuatan 8,5 dan gempa kedua dengan kekuatan 8,8. Gempa ini menyebabkan lima orang meninggal dan tujuh orang luka-luka. [Antara]