Kontroversial! Isreal dan UEA Tandatangi Kesepakatan Penelitian Covid-19

Dythia Novianty Suara.Com
Senin, 17 Agustus 2020 | 06:00 WIB
Kontroversial! Isreal dan UEA Tandatangi Kesepakatan Penelitian Covid-19
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Shvet)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setelah kesepakatan normalisasi kontroversial minggu lalu antara kedua negara, sebuah perusahaan UEA dan sebuah perusahaan Israel telah menandatangani pakta untuk bekerja sama dalam penelitian virus corona (Covid-19). Hal ini diungkap kantor berita pemerintah Uni Emirat Arab WAM, dilansir Anadolu, Senin (17/8/2020).

Kesepakatan antara Emirati APEX National Investment dan Israel's TERA Group, dianggap sebagai hasil dari kesepakatan normalisasi antara Abu Dhabi dan Tel Aviv.

"Kerja sama dengan TERA Group adalah bisnis pertama yang membuka jalan bagi perdagangan, ekonomi, dan kemitraan yang efektif antara sektor bisnis Emirat dan Israel," kata WAM mengutip Khalifa Yousef Khoury, kepala APEX.

Berdasarkan perjanjian tersebut, perusahaan akan bekerja sama dalam mengembangkan perangkat yang akan mempercepat pengetahuan tentang virus dengan presisi tinggi.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Rusia Diluncurkan Akhir Agustus

Uni Emirat Arab (IAE) mengirim pesawat yang mengangkut 20 ton bantuan perlengkapan medis untuk penanganan wabah virus corona baru (COVID-19) ke Indonesia. Perlengkapan itu diharapkan dapat membantu sekitar 20 ribu tenaga medis. [Antara/Kedubes UAE di Jakarta]
Uni Emirat Arab (IAE) mengirim pesawat yang mengangkut 20 ton bantuan perlengkapan medis untuk penanganan wabah virus corona baru (COVID-19) ke Indonesia. Perlengkapan itu diharapkan dapat membantu sekitar 20 ribu tenaga medis. [Antara/Kedubes UAE di Jakarta]

APEX bekerja di bidang investasi publik, termasuk sektor kesehatan, sedangkan TERA Group, ditemukan pada 2003, bekerja sebagai bagian dari Institut Sains Weizmann Israel, dan memiliki investasi dalam penelitian dan pengembangan.

UEA adalah negara Teluk pertama dan negara Arab ketiga yang memiliki hubungan diplomatik penuh dengan Israel setelah Mesir dan Yordania.

Ilustrasi virus Corona di Israel. [AFP/Jack Guez]
Ilustrasi virus Corona di Israel. [AFP/Jack Guez]

Terlepas dari laporan bahwa kesepakatan itu menghentikan rencana kontroversial Israel untuk mencaplok sebagian Tepi Barat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan komitmen berkelanjutan pemerintahnya terhadap rencana aneksasi.

Kelompok-kelompok Palestina mengecam kesepakatan itu, mengatakan itu tidak melakukan apa pun untuk melayani kepentingan Palestina dan mengabaikan hak-hak rakyat Palestina.

Baca Juga: Bersejarah! Uni Emirat Arab Capai Kesepakatan Damai dengan Israel

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI