Lebih 100 Tahun, Ilmuwan Masih Tak Bisa Bedakan Otak Perempuan dan Lelaki

Minggu, 16 Agustus 2020 | 11:00 WIB
Lebih 100 Tahun, Ilmuwan Masih Tak Bisa Bedakan Otak Perempuan dan Lelaki
Ilustrasi otak lelaki dan otak perempuan. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tetapi otak yang lebih kecil memiliki korpus kalosum yang lebih besar secara proporsional, terlepas dari jenis kelamin pemiliknya dan penelitian tentang perbedaan ukuran struktur ini tidak konsisten.

Hal serupa juga ditemukan untuk pengukuran otak lainnya, itulah sebabnya mencoba menjelaskan dugaan perbedaan jenis kelamin secara kognitif melalui anatomi otak belum tentu membuahkan hasil.

Sifat perempuan dan lelaki biasanya tumpang tindih. Bahkan ketika wilayah otak menunjukkan perbedaan kelamin secara rata-rata, biasanya terdapat banyak tumpang tindih antara distribusi lelaki dan perempuan.

Jika pengukuran suatu sifat berada di wilayah yang tumpang tindih, itu tidak dapat memprediksi jenis kelamin seseorang dengan yakin.

Baca Juga: Pernah Kirim Sinyal ke Pengorbit Bulan, Ilmuwan Akhirnya Mendapat Balasan

Ahli saraf Daphna Joel dan rekannya memeriksa MRI lebih dari 1.400 otak, mengukur 10 wilayah otak manusia dengan perbedana jenis kelamin rata-rata terbesar.

Para ahli menilai apakah setiap pengukuran pada setiap indivisu mengarah ke ujung spektrum perempuan, ke arah ujung spektrum lelaki, atau berada di tengah-tengah.

Joel dan timnya menemukan bahwa hanya 3-6 persen seseorang yang secara konsisten "perempuan" atau "lelaki" untuk semua struktur.

Penyebab perbadaan jenis kelamin otak pun telah menjadi penelitian para ilmuwan. Sebuah penelitian pada tahun 1959 pertama kai menunjukkan bahwa suntikan testosteron ke hewan pengerat yang hamil menyebabkan keturunan betinanya menunjukkan perilaku seksual jantan saat dewasa.

Para penulis penelitian tersebut menyimpulkan bahwa testosteron prenatal secara permanen "mengatur" otak. Banyak penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa hal ini pada dasarnya memang benar, meskipun terlalu sederhana bagi otak manusia.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Bekas Benturan Terbesar di Tata Surya pada Bulan Jupiter

Para ilmuwan tidak dapat secara etis mengubah kadar hormon prenatal manusia, sehingga para ahli mengandalkan "eksperimen tak disengaja".

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI