Awas Remaja, Vape Bisa Tingkatkan Potensi Terkena Covid-19

Minggu, 16 Agustus 2020 | 09:45 WIB
Awas Remaja, Vape Bisa Tingkatkan Potensi Terkena Covid-19
Vape, Salah Satu Produk Tembakau Alternatif. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah laporan dari Universitas Stanford menunjukkan bahwa remaja dan dewasa muda yang menggunakan rokok elektrik alias vape, memiliki risiko lima sampai tujuh kali lebih besar untuk terkena virus corona.

Sejak pandemi Covid-19 mulai menghantam Amerika Serikat pada Maret lalu, spekulasi tentang hubungan antara vape dan virus corona telah berkembang.

Dua lembaga kesehatan di AS, Food and Drug Administration dan National Institute on Drug Abuse, dan sudah mengeluarkan peringatan.

Meski penggunaan rokok elektrik dikhawatirkan memicu infeksi Covid-19, namun hanya sedikit penelitian yang dilakukan untuk mengkaji masalah tersebut.

Baca Juga: Mesti Dihindari, Olahraga Jenis Ini Berisiko Tingkatkan Penularan Covid-19

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)

Kini, sebuah penelitian yang diterbitkan hari ini di The Journal of Adolescent Health akhirnya menyajikan data yang menunjukkan hubungan antara penggunaan rokok elektrik dan risiko Covid-19.

Para peneliti dari Universitas Stanford menunjukkan bahwa remaja dan dewasa muda berusia 13 hingga 24 tahun yang menggunakan rokok elektrik, lima kali lebih mungkin didiagnosis dengan Covid-19 daripada mereka yang tidak menggunakan vape.

Sedangkan bagi mereka yang merupakan perokok ganda (rokok konvensional dan elektrik) berisiko tujuh kali lebih besar untuk terinfeksi virus corona.

“Saya tahu akan ada hubungan diantara keduanya, hanya saja saya tidak mengira risikonya bisa sebesar itu,” kata salah satu penulis penelitian, Bonnie Halpern-Felsher, seperti dikutip dari Wired, Minggu (16/8/2020).

Untuk meneliti hubungan antara penggunaan e-rokok dan Covid-19 pada remaja dan orang dewasa, para peneliti mengajukan survei online kepada 4.000 responden dari seluruh 50 negara bagian AS.

Baca Juga: Awas, Pil KB Disebut Bisa Tingkatkan Risiko Covid-19

Peneliti kemudian menyortir sampel agar bisa menemukan sampel berbeda yang mewakili ras dan etnis, jenis kelamin, status LGBTQ, dan komposisi usia populasi di AS.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI