Tanpa Persetujuan FDA, Ilmuwan Gunakan Vaksin DIY untuk Covid-19

Selasa, 11 Agustus 2020 | 16:00 WIB
Tanpa Persetujuan FDA, Ilmuwan Gunakan Vaksin DIY untuk Covid-19
Peneliti berupaya menciptakan vaksin virus corona. (ANTARA/Shutterstock/am.)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ada banyak hal yang bisa dibuat DIY atau Do It Yourself, seperti rak atau barang lainnya. Namun, sekelompok ilmuwan imunologi dari Harvard, merakit vaksin virus Corona (Covid-19) sendiri.

Tim ilmuwan itu menamakan diri mereka sebagai Rapid Deployment Vaccine Collaborative atau Radvac, mencoba untuk membuat vaksin sederhana dan tersedia untuk semua orang yang dikirim melalui pos, di mana vaksin tersebut dapat dicampur di rumah sebelum disemprotkan ke hidung.

Tanpa persetujuan apapun dari Food and Drug Administration (FDA), perancang vaksin Preston Estep dan beberapa rekannya telah menggunakan vaksin percobaan itu ke diri mereka sendiri. Para ilmuwan percaya bahwa vaksin itu aman dan kemungkinan mendapatkan kekebalan Covid-19 jauh lebih besar daripada risikonya.

"Saya pikir kita berada pada risiko yang jauh lebih besar dari Covid-19 mengingat berapa banyak cara kita bisa terinfeksi karenanya, dan seberapa bervariasi konsekuensinya," kata George Church, ahli genetika dari Wyss Institute, seperti dikutip IFL Science, Selasa (11/8/2020).

Ilustrasi seorang lelaki di laboratorium. [Shutterstock]
Ilustrasi seorang lelaki di laboratorium. [Shutterstock]

Vaksin-vaksin yang berusaha memerangi pandemi menghasilkan beberapa hasil yang cukup menjanjikan dalam waktu singkat. Tapi Radvac yakin vaksin itu belum datang cukup cepat, terutama dengan kasus harian yang meningkat pesat selama sebulan terakhir di Amerika Serikat.

Namun, meskipun para ahli ini melompat untuk mencapai tujuan akhir lebih cepat, itu membutuhkan beberapa biaya. Tim ilmuwan tersebut belum melakukan studi ilmiah resmi. Mereka saat ini menggunakan vaksin serupa lainnya untuk mendukung klaim dan sedang dalam proses penyaringan keamanan.

Tim ilmuwan tersebut juga akan kesulitan menyimpulkan keefektifan vaksin karena terus melakukan semua tindakan pencegahan keamanan yang direkomendasikan.

Akibatnya, sulit untuk memisahkan kekebalan yang diperoleh dari vaksin melalui perlindungan penggunaan masker dan jarak sosial. Pasalnya, vaksin disemprotkan melalui hidung dan tidak ke dalam darah seperti suntikan, tes yang digunakan untuk mencari antibodi Covid-19 tidak akan dapat mengukur kekebalan mukosa.

Estep menggunakan bahan murah dan data virus Corona yang tersedia secara gratis untuk merancang kit vaksin DIY. Tim tersebut terinspirasi oleh studi vaksin pada MERS dan SARS untuk mengembangkan vaksin Covid-19 saat ini.

Baca Juga: 1 Orang Gagal Ikuti Uji Klinis Vaksin Corona Perdana di UNPAD

Disebut vaksin "subunit", para ahli menggunakan fragmen protein dari virus untuk memberi sinyal pada sistem kekebalan. Tim ini telah merilis laporan yang tersedia secara gratis mengenai pekerjaan mereka secara online.

Vaksin dikirim ke 20 relawan secara intranasal melalui dua dosis terpisah pada fase pengujian awal. Sejak saat itu, para ahli telah mengirimkan vaksin kepada 70 orang.

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)

Hingga saat ini, tidak diketahui seberapa sukses vaksin itu untuk sementara waktu. Saat ini, tidak ada vaksin peptida intranasal untuk Covid-19 meskipun beberapa penelitian sedang dilakukan.

Inisiatif para ilmuwan dalam menemukan vaksin mungkin perlu diapresiasi, tetapi Radvac melewati batas legalitas dengan cara mereka mengembangkan vaksin.

Vaksin ini dirakit oleh pengguna dan gratis, sehingga FDA secara teknis tidak memiliki yuridiksi atas peraturannya. Bagaimanapun, vaksin belum melalui pengujian ketat yang biasanya diperlukan untuk pengembangan vaksin.

Estep menyatakan bahwa pengguna tidak boleh berharap untuk dilindungi sepenuhnya terhadap infeksi dan harus tetap melakukan tindakan perlindungan yang direkomendasikan saat ini.

"Kami tidak menyarankan orang-orang mengubah perilaku mereka jika mereka memakai masker wajah, tapi itu memberikan potensi perlindungan berlapis," kata Estep.

Namun, beberapa anggota komunitas ilmiah sejak itu menentang upaya Radvac. George Siber, mantan kepala vaksin di Wyeth, mengatakan bahwa subunit peptida pendek seringkali tidak menghasilkan respons imun yang kuat dan ia tidak mengetahui adanya vaksin subunit yang diberikan melalui hidung.

Siber menambahkan vaksin tim tersebut mungkin tidak cukup manjur untuk memberikan efek apapun.

Tetapi jika vaksin terbukti efektif, hal itu dapat berdampak pada cara distribusi beberapa vaksin. Radvac saat ini menjalani tes untuk menilai kemanjuran vaksin.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI