Suara.com - Sebagian besar mengandalkan gejala yang muncul untuk mendiagnosis infeksi virus Corona (Covid-19). Baru-baru ini, muncul pernyataan yang menyebut cegukan bisa menjadi tanda dari virus tersebut.
Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam American Journal of Emergency Medicine, membenarkan hal itu dan menyebut bahwa cegukan secara terus-meneurs bisa menjadi gejala Covid-19.
Dalam laporan kasus, Garrett Prince, MD, dan Michelle Sergel, MD, dari Cook County Health, menggambarkan apa yang dialami seorang lelaki berusia 62 tahun, yang datang ke Cook County Health Emergency Department (ED).
Lelaki itu mengalami cegukan selama empat hari berturut-turut dan penurunan berat badan sekitar 11 kilogram, dalam kurun waktu empat bulan.
Baca Juga: Waspada! 3 Gejala Virus Corona Ini Tak Banyak Disadari
Meski begitu, lelaki tersebut tidak menunjukkan gejala lainnya seperti demam, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, nyeri dada, atau sesak napas. Tidak ada gejala yang ditemukan di daftar "Gejala Virus Corona" seperti yang dipaparkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Satu-satunya masalah medis lain tampaknya hanya diabetes, hipertensi, dan penyakit arteri koroner. Pemeriksaan fisik juga menunjukkan suhu tubuhnya 37,3 derajat Celcius dan tidak menunjukkan gejala demam.
Para dokter tidak mengizinkan lelaki tersebut pulang. Mengalami cegukan selama empat hari adalah hal berbeda.
Faktanya, setelah mengalami cegukan selama dua hari atau 48 jam, seharusnya lelaki tersebut langsung mencari pertolongan medis dan jangan mencoba melakukan tindakan pencegahan lain seperti menahan napas.
Cegukan pada dasarnya adalah kejang pada diafragma. Dalam kasus ini, diafragma mengacu pada otot yang berada di bawah paru-paru dan biasanya membantu ketika menarik napas saat otot-otot ini berkontraksi. mengencangkan otot-otot ini akan menurunkan diafragma, yang kemudian paru-paru akan mengembang dan terisi udara. Otot-otot ini berkontraksi ketika saraf frenikus, yang membentang dari leher ke diafragma, diaktifkan.
Baca Juga: Cegukan Tak Henti Bisa Jadi Tanda Virus Corona Covid-19, Ini Kata Dokter
Saraf yang teriritasi dapat menyebabkan kontraksi tak disengaja pada diafragma dan mengeluarkan bunyi saat cegukan. Serangan cegukan yang berkepanjangan mungkin merupakan tanda bahwa ada sesuatu yang merusak atau mengiritasi saraf frenikus.
Karena lelaki tersebut telah mengalami cegukan selama lebih dari dua hari, para dokter memintanya untuk melakukan rontgen dada untuk memeriksa adanya kelainan.
Hasil rontgen menunjukkan bahwa paru-paru lelaki tersebut tampak seperti "kaca yang keruh atau kabur" dan ini bukan temuan yang normal. Ini cenderung menunjukkan beberapa jenis peradangan, pendarahan, atau kerusakan paru-paru.
CT scan menunjukkan kemungkinan adanya peradangan di paru-paru yang memicu cegukan. Tes darahnya menunjukkan bahwa jumlah sel darah putih, jumlah trombosit, kadar natrium, dan kadar klorida rendah.
Dikarenakan sedang terjadinya pandemi Covid-19, para dokter memutuskan untuk menguji pasien tersebut untuk sindrom pernafasan akut yang parah, akibat virus corona dan memasukkannya ke unit medis khusus.
Saat tiba di unit medis, suhu tubuhnya telah naik hingga 38,4 derajat Celcius yang telah dianggap sebagai demam. Detak jantungnya pun meningkat hingga 104 detak per menit.
Esoknya, pasien dites Covid-19 dan hasilnya positif. Selama dirawat, pasien mendapatkan cetriaxone, azithromycin, dan hydroxychloroquine. Akhirnya setelah tiga hari di rumah sakit, pasien tersebut bisa meninggalkan rumah sakit dalam kondisi stabil.
Sayangnya, laporan kasus tidak menyebutkan mengapa lelaki itu kehilangan berat badan. Namun karena telah terjadi selama empat bulan, kemungkinan besar bukan karena Covid-19.
Dilansir dari Forbes, Selasa (11/8/2020), setelah adanya laporan kasus tersebut, tidak berarti harus merasa panik ketika mengalami cegukan karena banyak hal yang dapat memicu cegukan, termasuk meminum minuman berkarbonasi.
Di sisi lain, kasus cegukan yang terkait dengan Covid-19 masih langka. Meski begitu, daftar kemungkinan gejala Covid-19 tampaknya semakin panjang.
Satu-satunya cara untuk memeriksa apakah seseorang terinfeksi virus Corona adalah dengan melalui pengujian.