Suara.com - Para ilmuwan melaporkan bahwa bongkahan besar lapisan es utuh di Kanada yang berusia 4.000 tahun telah pecah, mengurangi lapisan tersebut hingga lebih dari setengahnya. Setelah runtuh, potongan itu terbelah menjadi dua dan membentuk gunung es yang hampir seukuran Manhattan atau jika dibandingkan sekitar luas Kota Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia.
Perubahan iklim kemungkinan memicu runtuhnya lapisan es. Menurut Luke Copland, profesor glasiologi di Universitas Ottawa, pada musim panas ini, suhu di wilayah tersebut 5 derajat Celcius lebih hangat dari rata-rata pada tahun 1980 hingga 2010.
"Di atas suhu udara normal, angin lepas pantai, dan perairan terbuka di depan lapisan es adalah bagian dari penyebab pecahnya lapisan es," kata ECCC Canadian Ice Service dalam cuitan di Twitter.
Menurut analis es Adrienne White dari Canadian Ice Service, lapisan es Milne yang terletak di tepi barat laut Pulau Ellesmere, Kanada, kemungkinan besar runtuh pada 30 atau 31 Juli.
Baca Juga: Rusia Akan Luncurkan Misi ke Bulan pada 2021
Citra satelit menunjukkan bahwa sekitar 43 persen dari lapisan itu pecah, membentuk potongan-potongan yang tebalnya mencapai 80 meter.
"Ini adalah lapisan es utuh terbesar yang tersisa, dan pada dasarnya itu hancur," kata Copland, seperti dikutip Science Alert, Selasa (11/8/2020).
Tidak seperti gletser, yang berada di atas daratan, lapisan es tersebut mengapung di lautan. Itu umumnya berusia ratusan hingga ribuan tahun dan lebih tebal dari es laut. Sebelum lapisan es Milne pecah, itu berukuran lebih besar dari Washington DC.
Kutub Utara mengalami kenaikan suhu jauh lebih cepat daripada wilayah lain di dunia. Sebuah fenomena yang dikenal sebagai amplifikasi kutub, dan suhu panas tersebut menyebabkan es mencair. Pada saat ini, lapisan kutub mencair enam kali lebih cepat daripada tahun 1990-an.
Menurut White, di Kanada pernah ada lapisan es yang membentang secara terus-menerus di pantai utara Ellesmere, tetapi pemanasan global karena ulah manusia telah membuatnya pecah. Kemudian lapisan es terakhir yang utuh hanya tersisa pada 2005.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Cara Baru Melacak Sampah Luar Angkasa