Kabar Gembira, WHO Sebut Ada Puncak Harapan dalam Perang Melawan Covid-19

Selasa, 11 Agustus 2020 | 12:00 WIB
Kabar Gembira, WHO Sebut Ada Puncak Harapan dalam Perang Melawan Covid-19
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa ada puncak harapan dalam perang melawan pandemi virus Corona (Covid-19), meskipun kasus global mendekati angka 20 juta kasus.

Ia menambahkan bahwa tidak ada kata terlambat untuk melawan wabah dan mendesak banyak negara untuk menekan angka infeksi agar kehidupan sosial bisa berjalan kembali.

Di sisi lain, Tedros juga memuji Boris Johnson, Perdana Menteri Inggris, karena memerintahkan bagian-bagian Inggris Utara untuk kembali memberlakukan aturan lockdown, setelah lonjakan kasus terinfeksi bulan lalu.

Tedros pun memuji Selandia Baru karena berhasil menghilangkan angka penularan dan menyebut Inggris, Jerman, dan Perancis sebagai negara yang mampu menekan angka infeksi virus dengan mengambil tindakan, meskipun ada peningkatan kasus yang mengkhawatirkan di ketiga negara tersebut.

Baca Juga: Bill Gates Sentil Cara CDC Tangani Pandemi Covid-19, Begini Katanya...

Ilustrasi lockdown di berbagai negara (Shuttterstock)
Ilustrasi lockdown di berbagai negara (Shuttterstock)

"Selama beberapa hari terakhir, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menempatkan wilayah utara Inggris di bawah aturan lockdown dan meminta masyarakat tinggal di rumah, saat kelompok kasus infeksi diidentifikasi," kata Tedros, seperti dikutip Daily Mail, Selasa (11/8/2020).

Dia menambahkan, di Perancis, Presiden Macron memperkenalkan bahwa penggunaan wajib masker wajah di tempat umum sebagai tanggapan atas peningkatan kasus.

"Langkah-langkah yang kuat dan tepat seperti ini, dikombinasikan dengan memanfaatkan setiap alat yang kami miliki adalah kunci untuk mencegah munculnya kembali penyakit dan memungkinkan kehidupan sosial dibuka kembali dengan aman," jelasnya.

Tedros menambahkan, di negara-negara dengan tingkat penularan yang tinggi, hal itu dapat dikendalikan melalui penerapan semua aturan.

Rantai penularan telah diputuskan oleh kombinasi dari identifikasi kasus yang cepat, pelacakan kontak yang komprehensif, perawatan klinis yang memadai untuk pasien, jarak fisik, pemakaian masker, dan pembersihan tangan secara teratur.

Baca Juga: WHO: Pemulihan Ekonomi Bisa Lebih Cepat Jika Vaksin Covid-19 Tersedia

Aturan lockdown di Inggris Utara menimbulkan kontroversi, setelah secara tiba-tiba diberlakukan pada malam Idul Adha di daerah dengan populasi Muslim yang besar. Pemerintah dikritik karena kurangnya kejelasan atas peraturan baru, yang diumumkan hanya beberapa jam sebelum diberlakukan.

Inggris telah mencatat lebih dari 1.000 kasus baru dalam sehari untuk pertama kalinya pada Juni, sementara Jerman dan Perancis juga menghadapi lonjakan kasus yang mengkhawatirkan.

Meskipun ada pejabat Inggris yang meminta dibukanya kembali sekolah pada musim gugur, namun Tedros memperingatkan bahwa negara-negara harus tetap waspada ketika melakukan hal tersebut.

"Kami semua ingin melihat sekolah dibuka kembali dengan aman, tetapi kami juga perlu memastikan bahwa siswa, staf, dan fakultas aman. Landasannya adalah pengendalian penularan yang memadai di masyarakat. Pesan saya sangat jelas, kita harus menekan, menekan, menekan virus. Jika kita menekan virus secara efektif, kita dapat dengan aman membuka aktivitas sosial," tambah Tedros.

Dalam penyebaran global, Tedros mencatat bahwa pekan ini dunia akan mencapai 20 juta kasus Covid-19 terdaftar dengan 750.000 kematian.

Sebuah masjid sediakan kamar mayat untuk pasien Covid-19. (BBC Indonesia)
Sebuah masjid sediakan kamar mayat untuk pasien Covid-19. (BBC Indonesia)

"Di balik statistik ini ada banyak rasa sakit dan penderitaan. Setiap nyawa yang hilang itu penting. Saya tahu banyak dari kalian yang berduka dan ini adalah saat yang sulit bagi dunia. Tapi saya ingin menjelaskan, ada tunas hijau harapan dan tidak peduli di negara, wilayah, atau kota mana pun, tidak ada kata terlambat untuk melawan wabah," ucap Tedros.

Menurutnya, ada dua elemen penting untuk menangani pandemi secara efektif, yaitu para pemimpin harus mengambil tindakan dan warga negara harus melakukan tindakan tersebut.

Tedros secara khusus memuji Selandia Baru yang berhasil mempertahankan 100 hari tanpa adanya kasus penularan virus dengan mengatakan bahwa negara itu adalah "teladan global". Selandia Baru hanya mencatat 1.569 kasus terinfeksi dengan 22 kematian secara total.

Tedros juga memuji Rwanda untuk kepemimpinan yang kuat dan kebijakan yang efektif, termasuk pengujian gratis yang telah membatasi penyebaran penyakit.

Tedros mengatakan bahwa lebih dari 100 miliar dolar AS akan dibutuhkan untuk mendistribusikan vaksin Covid-19 jika vaksin tersebut tersedia. Para ilmuwan di seluruh dunia berlomba untuk mengembangkan vaksin yang efektif, yang dipandang sebagai satu-satunya cara pasti untuk menghentikan pandemi.

Uji coba lanjutan mencakup proyek yang berbasis di Universitas Oxford dalam kemitraan dengan AstraZeneca dan sebagian didanai oleh pemerintah Inggris.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI