NASA Sebut Bentuk Tata Surya Seperti Croissant Kempis

Jum'at, 07 Agustus 2020 | 19:21 WIB
NASA Sebut Bentuk Tata Surya Seperti Croissant Kempis
Croissant, sebagai ilustrasi [Pixabay/Pexels].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menurut penelitian terbaru dari data yang dikumpulkan pesawat ruang angkasa NASA, tata surya rupanya berbentuk seperti roti croissant yang kurang mengembang sempurna. Dideskripsikan seperti ini karena tata surya dikelilingi gelembung ruang yang dikenal sebagai heliosfer, didominasi partikel bermuatan dan medan magnet.

Partikel angin Matahari yang mengalir keluar dari Matahari menghasilkan heliosfer, fungsinya menjaga semua planet tata surya, termasuk Pluto agar terlindung dari sinar kosmik galaksi dan peristiwa energetik lainnya.

Mengukur bentuk dan ukuran heliosfer adalah tugas yang cukup sulit. Untungnya, NASA memiliki pesawat ruang angkasa yang berada di luar heliosfer, yaitu Voyager 1 dan Voyager 2. Dengan menggunakan data dari kedua pesawat ini, dan misi NASA lainnya, termasuk Cassini dan New Horizons, para ilmuwan menggunakan model komputer untuk memprediksi karakteristik heliosfer.

Sebagian besar ilmuwan sebelumnya percaya bahwa heliosfer berbentuk komet dengan ujung depan yang bulat dan ekor yang panjang. Namun, penelitian baru ini menunjukkan itu sebenarnya berbentuk seperti "croissant kempis", demikian menurut pernyataan baru NASA.

Baca Juga: Astronom Sebut Mestinya Ada Tujuh Planet Layak Huni di Tata Surya

Pernyataan NASA tentang bentuk heliosfer: bukan seperti komet namun croissant kempis [IFL Science].
Pernyataan NASA tentang bentuk heliosfer: bukan seperti komet namun croissant kempis [IFL Science].

Bentuk yang tidak biasa diprediksi oleh penelitian ini adalah hasil dari kekuatan kompleks di dalam dan di luar heliosfer. Sehubungan penelitian ini, susunan heliosfer bisa dibagi menjadi dua kategori, yaitu partikel angin Matahari yang dialirkan dari marahari dan "ion penarik", sebuah partikel yang terionisasi di luar angkasa dan terangkat oleh hembusan angin Matahari.

Interaksi kompleks antara komponen yang berbeda ini pada akhirnya menghasilkan bentuk heliosfer tidak memanjang seperti komet, melainkan memiliki bentuk seperti bulan sabit yang berputar-putar.

"Kita memiliki satu komponen yang sangat dingin dan satu komponen yang jauh lebih panas, ion penarik. Jika kita memiliki cairan dingin dan cairan panas, lalu menaruhnya di luar angkasa, keduanya tidak akan bercampur, sebagian besar akan berevolusi secara terpisah. Apa yang kami lakukan adalah memisahkan kedua komponen angin Matahari ini dan memodelkan bentuk heliosfer 3D yang dihasilkan. Karena ion penarik mendominasi termodinamika, semuanya sangat bulat. Tapi karena keduanya meninggalkan sistem dengan sangat cepat, seluruh heliosfer mengempis," kata Merav Opher, penulis utama, ilmuwan NAS, dan profesor astronomi di Universitas Boston.

Dilansir dari IFL Science pada Jumat (7/8/2020), heliosfer membantu melindungi kehidupan di Bumi dari radiasi yang merusak, sehingga semakin banyak yang diketahui tentangnya dan bentuk heliosfer, maka itu akan semakin membantu manusia dalam mencari kehidupan di sistem bintang lain. Penelitian ini sendiri telah diterbitkan dalam jurnal Nature Astronomy pada Maret 2020.

Baca Juga: NASA Peringati 8 Tahun Misi Penjelajah Mars Curiosity

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI