Ilmuwan Temukan Spesies Baru Jamur Langka, Diberi Nama Karantina

Jum'at, 07 Agustus 2020 | 14:00 WIB
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Jamur Langka, Diberi Nama Karantina
Ilustrasi bakteri. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan menemukan spesies baru jamur parasit yang diberi nama "karantina", merujuk pada karantina yang dilakukan sebagian besar masyarakat terkait pandemi virus Corona atau COVID-19. Secara resmi, jamur ini dinamai Laboulbenia quarantenae dan temuan hasil itu telah diterbitkan dalam jurnal MycoKeys.

Tim ahli entomologi melakukan studi komprehensif terhadap arthropoda untuk mencari tanda-tanda spesies jamur baru di Belgia dan Belanda. Mereka menggunakan lembaran putih yang diterangi di malam hari dengan beberapa cahaya buatan serta perangkap lubang untuk menemukan si parasit.

Laboulbenia quarantenae adalah salah satu dari dua spesies baru yang ditemukan dan tumbuh secara eksternal di tubuh Bembidion biguttatum, sejenis kumbang penghuni tanah. Jamur ini dianggap sangat langka dibandingkan jenis sepupunya yang lebih umum, yaitu Laboulbenia vulgaris.

Laboulbeniales tumbuh dengan cara yang tidak biasa dibandingkan kebanyakan jamur, yaitu tumbuh hifa atau miselium seperti benang bercabang. Sebaliknya, jenis spesies ini menumbuhkan satu thallus tiga dimensi yang terdiri dari ribuan sel yang menempel pada organisme inang.

Baca Juga: Usai Sembuh dari Covid-19, Presiden Brasil Ngaku ada Jamur di Paru-parunya

Hesperomyces halyziae (tanpa panad) pada jenis serangga ladybird [IFL Science/Maria Justamond].
Hesperomyces halyziae (tanda panah) pada jenis serangga ladybird [IFL Science/Maria Justamond].

Spesies baru lainnya yang ditemukan tim ahli adalah Hesperomyces halyziae, jamur baru yang berbeda dari Laboulbenia quarantenae dalam menghasilkan haustorium, hasil hifa yang menembus bagian luar arthopoda.

Dilansir dari IFL Science pada Jumat (7/8/2020), adaptasi ini memberi jamur-jamur itu akses ke rongga tubuh inang dan cairan peredaran darah yang dikandungnya, meningkatkan luas permukaan tempat jamur, mencuri nutrisi, serta mengencangkan cengkraman pada inang.

Penulis penelitian menyatakan bahwa arthopoda ini dan penyakit jamurnya masing-masing adalah contoh dari "perlombaan senjata evolusioner" yang ada di antara parasit dan inangnya. Masing-masing harus mengembangkan senjata dan pertahanan baru agar tetap selangkah lebih maju.

Jenis spesialisasi kompetitif ini bertindak sebagai tekanan evolusioner, yang pada akhirnya bisa menyebabkan munculnya spesies baru.

Baca Juga: Terobosan, Jamur Chernobyl Bisa Jadi Perisai Radiasi di Luar Angkasa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI